KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan atas kebaikan Allah yang Mahabaik,karena telah menyertai penulis dalam proses pembuatan paper ini dari awal sampai selesai. Adapun maksud pembuatan paper ini penulis ingin lebih mengerti dan memahami tentang adat dan budaya dari dayak Ma’anyan yaitu Itaruk Kasai/ tamping tawar. Disamping itu juga untuk memahami tugas mata kuliah Liturgi Inisiasi.
Dengan adanya penulisan paper ini semakin mengembangkan wawasan penulis tentang pemahanan akan budaya dari Dayak Ma’anyan. Terimakasih pula,penulis ucapkan kepada semua pihak yang ikut mendukung dalam proses penulisan paper ini hingga selesai. Penulis menyadari dalam penulisan paper ini banyak kesalahan dan kekurangan,untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan paper ini.
Akhirnya semoga penulisan paper ini dapat membantu pembaca untuk mengetahuai dan semakin memahami tentang budaya dari Dayak Ma’anyan tentang Itaruk Kasai / Tampung Tawar .
Palangka Raya, April 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar belakang
Mengingat dewasa ini ada banyak kalangan muda yang belum memahami dan menghayati sebagaimana mestinya akan adat dan budaya khususnya budaya dari Dayak Maanyan. Kebudayaan salah satunya Itaruk Kasai / Tampung Tawar yang sering dipakai dalam acara Ngumpe Sawuh( membuang penyakit ) yakni memerciki anak yang baru lahir menggunakan air,dengan tujuan membuang penyakit yang ada dalam dirinya,dan air itu juga sekaligus sebagai lambing bahwa ia telah menjadi warga baru dan diterima didalam masyarakat itu. Rasa cinta akan kebudayaan itu ini sudah dipercayakan sejak turun temurun di dalam masyarakat dayak Maanyan, karena sebenarnya adat ini mempunyai nilai yang cukup besar.
Bila kebudayaan itu benar-benar dihayati dan di hidupkan dalam suatu masyarakat maka budaya Itaruk Kasai / Tampung Tawar akan terjaga dengan baik dan tidak mungkin punah. Oleh karena itu saya mengangkat kembai budaya ini sebagai judul Paper Antropologi,sehingga dengan ini dapat membantu pihak lain betapa pentingnya budaya itu dipelihara dan selama itu masih mempunyai nilai yang positif dalam masyarakat dan dipakai dalam ritual keagamaan.
- Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
- Dari manakah asal usul Itaruk Kasai / Tampung Tawar ?
- Apa sajakah yang diperlukan dalam ritual Itaruk Kasai / Tampung Tawar itu ?
- Apa hubungan Itaruk Kasai / Tampung Tawar dengan Liturgi inisisasi yang berkitan dengan Pembaptisan/permandian?
- Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan tentang Natas Banyang ini adalah sebagai berikut :
- Bagi penulis : menambah pengalaman,wawasan dan pemahaman akan budaya dayak Maanyan tentang Itaruk Kasai / Tampung Tawar
- Bagi pembaca : menjadi bahan acuan,dan pengetahuan dasar akan budaya dayak Maanyan tentang Itaruk Kasai / Tampung Tawar
- Manfaat penulisan
- Bagi pembaca untuk menambah pengetahuan,wawasan akan kebudaaan tentang Itaruk Kasai / Tampung Tawar
- Bagi penulis sebagai pengalaman yang berharga,menambah wawasan dan pemahaman akan kebudayaan tentang Itaruk Kasai / Tampung Tawar.
BAB II
KAJIAN TEORI
Itaruk Kasai / Tampung Tawar
- Asal usul Itaruk Kasai / Tampung Tawar
Itaruk Kasai / Tampung Tawar adalah sebuah ceritera yang berasal dari daerah yang bernma Nansarunai. Disana ada seorang anak seorang tunggal yang dilahirkan hasil perkawinan antara Datu Sialing dengan Dara Sialing,mereka yang baru mendapatkan keturunan karena bertapa atau meminta bantuan daru kekuatan alam.
Keluarga yang baru mendapatkan anak atau keturunan tentu sangat bahagia namun anak mereka itu setelah beberapa bulan lahir terus menerus sakit. Kemudia karena pada zaman dulu sangat lemah atau mungkin masih belum ada pengetahuan tentang dunia kedokteran,maka salah satu cara tradisional yang dipaki yakni dengan menemui Belian Wadian yang juga disebut dengan orang pintar. Seorang belian yang sangat terkenal dengan ilmu gaibnya,dan tak jarang penyakit dari orang orang yang mereka obati itu sembuh. Salah satu cara tradisional dari seorang Belian yang pernah dijumpai adalah Miantah (bahasa Maanyan) yakni beliung yang diikat pada parang kemudian itu digoyang sambil mengucapkan manteranya dan dupa yang dibakar didalam suatu mangkok yang berisi gaharu sebagai pelengkapnya kemudian belian itu berbicara dalam bahasanya sendiri yang saya sebut dengan bahasa roh,karena tatabahasanya yang dia sendiri juga tidak tau namun bahasa itu muncur dibawah alam sadarnya ketika ia berjumpa dengan sahabatnya dialam gaib.
Peran seorang Belian itu sangat terkenal didalam suatu masyarakat selain Ia bisa menyembuhkan penyakit orang lain namun Ia juga disegani karena juga biasanya juga sebagai kepala suku atau kepala adat di dalam suatu masyarakat itu. Meskipun dari intelektual mereka masih lemah namun nilai kebudayaan itu sangat dijunung tinggi, karena ada banyak tatacara atau norma yang berlaku didalam suatu masyarakat itu yang mengatur individu atau kelompok didalam masyarakat itu.
Itaruk Kasai / Tampung Tawar yang dilakukan ini adalah untuk Ngumpe Sawuh (bahasa Maanyan) dari si anak yang baru lahir dengan tujuan membuang segala penyakit yang menimpa anak itu. Ngumpe Sawuh yakni memerciki anak yang baru lahir menggunakan air,dengan tujuan membuang penyakit yang ada dalam dirinya,dan air itu juga sekaligus sebagai lambing bahwa ia telah menjadi warga baru dan diterima didalam masyarakat itu.
Biasanya ketika sianak yang baru lahir itu tidak diadakan Itaruk Kasai / Tampung Tawar maka ia akan sering sakit. Oleh karena itu seorang Belian / Wadian mengatakan bahwa hal itu harus diadakan ,karena pada hakekatnya budaya ini juga memepunya nilai yang positif bagi sianak dan juga bagi keluarganya.
- Bahan-bahan yang diperlukan didalam upacara Itaruk Kasai / Tampung Tawar
Bahan-bahan yang disediakan,yakni :
- Air kelapa muda dan kelapa bulat yang sudah tua dan sudah dikupa kulitnya.
- Kemenyan atau gaharu yang sudah diperhalus yang memang sudah di sediakan sebagai upcara ritual itu.
- Daun kayu hidup dan yang mati.
- Bahan tambahan yang juga perlu disediakan sebagai pelengkap upacara/ritual
- Telur ayam kampung
- Darah ayam kampung
- Beras biasa dan beras ketan/ beras pulut / weah dite
- Piring putih yang polos
- Uang logam dan uang kertas
- Gula merah
- Makna atau nilai dari stiap bahan yang menjadi syarat dalam upacara / ritual itu
- Air Kelapa adalah sebuah alat dan sarana yang diyakini dan dipercaya sebagai pembersih dari setiap kotoran yang ada. Air adalah hal yang utama dipakai karena dengan itu orang dibersihkan dari segala yang kotor noda.
- Kayu Hidup yang melambangkan kekuatan,pertumbuhan dan permohonan kepada Yang Maha Tinggi ( Tuhan ) agar dengan harapan anak itu dapat tumbuh sehat,panjang umur dan berguna bagi banyak orang serta menjadi panutan / contoh yan baik bagi banyak orang.
- Kayu Mati yang melambangkan permohonan agar penyakit yang dialami / diderita oleh si akan itu dapat hilang atau disembuhkan.
Dalam pelaksanaan Itaruk Kasai / Tampung Tawar ini ada bahaan tambahan lain yang juga menjadi syarat dalam pelaksanaan upacara ritual ini,karena ada ketentuan yang memang harus dipenuhi dan itu sudah menjadi dasar dan syarat utama daam setiap ritual yang diadakan.
Selain dari itu setiap bahan yang menjadi syarat dalam pelaksanaan upacara ritual itu mempunya makna atau nilai masing-masing dan kasiat yang berbeda-beda.
Upacara ritual ini sangat sacral dilakuakn karena dari selama kegiatan itu diadakan tidak boleh rebut atau rusuh contoh salah satunya adalah terjadi keributan yang tidak diinginkan. Bila hal itu terjadi maka orang yang melanggar itu akan di adakan denda atau Utang adat . denda yang harus dibayar sesuai dengan tuntutan dari orang yang melakuakn upacara ritual itu,oleh karena itu upacara ini dianggap hal yang bersifat sacral.
Adapun bahan-bahan itu adalah :
- Telur ayam kampung dan darah ayam kampung yang melambangkan bahwa Darah adalan alat atau sarana untuk menebuskan sianak itu dari segala penyakitnya yang dideritanya,sedangkan Telur yang melambangkan bahwa sianak itu masih polos dan belum berdosa.
- Beras biasa/beras pulut/weah dite yang dibuat di dalam piring putih yang polos yang melambangkan sebuah imbalan atau upah bagi orang yang memberikan doa kepada sianak itu,selain dari itu ada juga gula merah,kelapa dan uang sebesar 3 Real atau bula di rupiahkan sebanding dengan Rp 30.000 uang sekarang.
- Setelh selesai do’a oleh seorang Belian / Wadian seorang anak itu dibawa dikeluarkan dari dalam rumah dan diserahkan kepada ibu yang lain dari luar rumah dan dibawa kembali kedalam rumah. Hal ini melambangkan bahwa ibu yang menyambut anak itu dari luar dan membawanya kedalam rumah adalah pelindung dari sianak itu.
Inilah acara ritual itarukasai yang turun temurun dilaksanakan oleh masyarakat Suku Dayak Maanyan dari Nansarunai sampai dengan sekarang masih dihidupkan dalam Masyarakat Sku Dayak Maanyan karena dianggap mempunyai nilai positif. Nansarunai yakni suatu nama Daerah tertua dari suku Dayak Maanyan yang dalam kedaan jayanya kata ini mempunyai arti aman,tentram dan damai sejahtera.
BAB III
PEMBAHASAN
Refleksi menenai Itaruk Kasai / Tampung Tawar dalam kaitannya dengan Liturgy inisiasi yang berkaitan dengan Pembaptisan atau permandian dalam agam Katolik.
Itaruk Kasai / Tampung Tawar adalah sebuah adat istiadat yang dihayati hingga sekarang dalam budaya Dayak Maanyan. Itaruk Kasai / Tampung Tawar yang menciri khaskan pada air sebagai perantara atau media yang digunakan untuk memperbaharui, menyembuhkan,dan sebagai lambang yang menandakan bahwa seorang anak yang baru lahir itu telah diterima didalam suatu masyarakat tersebut.
Itulah alasan saya mengambil budaya ini sebagai bahan perbandingan dengan Pembaptisan atau permandian dalam agama katolik. Bila didalam agama katolik pada saat pebaptisan ada syarat yang harus dipenuhi dan salah satunya adala seorang wali baptis yang mendampinginya hingga ia dewasa selain dari orang tuanya sendiri yang bertangggung jawab untuk perkembangan imannya di kemudian hari. Pembaptisan dalam agama katolik dilakukan dengan menumpahkan air yang sudah diberkati ke wajah si anak dengan mengucapapkan suatu kata yang menjadi pusat dari pembaptisan itu yakni “ Aku membaptis engkau dalam nama Bapa,Putera dan Roh Kudus” . dengan diungkapkannya kata itu pada saat air di tumpahkan ke wajah sianak maka seorang anak itu telah resmi menjadi anggota gereja. Hal ini sama halnya ketika didalam acara Itaruk Kasai / Tampung Tawar ketika seorang anak itu diperciki dengan air keseluruh tubuhnya menggunakan daun yang hidup dan yang kering,sambil mengucapkan doa kepada anak itu maka pada saat itu seorang anak itu telahresmi menjadi anggota didalah rumah atau masyarakat itu.
Seorang anak yang baru saja diperciki dengan air dan didoakan,maka ada dia dibawa keluar rumah untuk diserahkan kepada seorang salah satu ibu yang sudah siap(biasanya sudah dipersiapkan sebelumnya),kemudian anak itu diserahkan kembali kepada ibu yang melahirkan dia. Dalam hal ini melambangkan bahwa seorang ibu yang menerima anak itu yang dari luar menjadi pelindung dan pendamping hidupnya didalam perkembangan imannya. Buan berarti orang tuanya lalu lepas tangan dengan hal itu,namun orang tua juga menjadi yang utama dalam proses perkembangan imannya. Hal ini dilakukan agar amnak itu berkembang dengan yang didambakan oleh orang tua dan keluarganya. Hal ini sebanding atau hampir sama seperti permandian atau pembaptisan dalam agama katolik yang juga melibatkan wali baptis sebagai pelindung atau pendamping perkembangan iman dari sorang anak itu.
Harapan yang diharapkan oleh orang tua dan keliuarga dari anak yang sudah Itaruk Kasai / Tampung Tawar itu sangat besar agar kelak ia menjadi seorang anak yang . Dengan demikian seorang anak itu secara otomatis mempunyai tanggung jawab dan kewajiban didalam keluarganya. Sama halnya ketika ia sudah dibaptis dalam ritus agama katolik ia juga mempunyai tanggung jawab,hak dan kewajiban untuk keluarganya,namun bukan hanya itu yang difokuskan dlalam agama katolik. Mengingat bahwa untuk mengembangkan imannya ia juga mempunya tanggung jawab,hak dan kewajiban untuk perkembangan Gereja yang ia imani.
Dalam surat-suratnya St.Paulus mengungkapkan bahwa “ Berdosalah aku ketika aku sudah dibaptis namun tidak mewartakan injil”. Ungkapan ini mengungkapkan bahwa ia bukan hanya mempunyai hak untuk mengimanu Tuhan namu ia juga mempunyai tanggung jawab dan kewaajudan untuk menerukan atau mewartakan sabda Tuhan itu.
Itulsh yang menjadi pusat perhatian saya didalam mengngkat paper ini,walaupun disana mempunyai perbedaan didalam ritusyan namun ia mempunyai sau tujuan yang sama yakni Keselamatan yang datang dari yang maha kuasa yang menempati dan berkuasa di alam Nirwana yang selalu melindungi dan menuntun umatnya untuk senantiasa mengarah kepada jalan kebenaran.
Adat dan Budaya yang merupakan yang tertua dan yang pertama dalam sejarah hidup manusia sebelum lahirnya agama. Manusia yang pertama yang selalu hidup dalam kelompok ( Homo Socius) yang dihidupkan hingga sekarang karena pada hakekatnya memang seperti itu halnya bahwa manusia itu tidak bisa berkembang atu hidup sendiri namun ia membutuhkan orang lain dalam hidupnya.
Dosa asal yang dihapus oleh sang Mesias untuk menjadi manusia baru didalam kristus menjadi patokan iman katolik. Namun dalam kehiduan China yang dilambangkan dengan logo sebuah Naga yang melingkar bulat yang membuat pemisahan antara terang dan gelap atau hitam dan putih yang disebut dengan Ying dan Yang. Hal ini menjadi refleksi yang sangat besar yakni bahwa dalam kehidupan manusia itu walau “ segelap apapun kehidupannya namun ia mempunyai niai yang menerangan,sebaliknya walau pun seterang apapun hidup seseorang itu pasti ia mempunyai masa kegelapan didalam hidupnya”.
Itaruk Kasai / Tampung Tawar dan Pembaptisan / Permandian adalah sebuah alat dan sarana yang diberikan oleh Sang Maha Kuasa sebagai sebuah perantara untuk memperbaharui sekaligus menjadi lambing bahwa seorang yang sudah dibaptis sudah diterima dan menjadi satu warga atau komunitas didalam masyarakat dan Gereja.
Agama katolik yang menjunjung tinggi nilai kebudayaan dan kini mencoba menginkulturasikan budaya daerah itu didalam gereja. Selama budaya itu mempunyai nilai yang positif bagi agama katolik,dengan tanpa menghilangkan nilai dari budaya itu sendiri.
Sekian refleksi saya mengenai hubungan antara Itaruk Kasai / Tampung Tawar dengan Pembaptisan / Permandian dalam agama katolik. Saya refleksikan sesuai dengan pengetahuan yang saya dapatkan dari Penghulu adat tuliskan dan ceritakan kepada saya,saya mengetahui bahwa paper ini masih jauh dari sempura khususnya dari segi sastra bahasanya,yankni susunan kalimat atau penempatan katanya. Oleh karena itu,dengan ini memacu saya untuk semakin mendalami budaya-budaya yang masih dihayati oeh masyarakat dan mempunyai nilai yang positif sebagai alat atau sarana pewartaan demi perkembangan Gereja kedepannya. Sehinggan dngan ini mampu membuat masyarakat atau umat semakin menghayai iman katoliknya yang menjadi pedoman bagi kehidupan.[1]
BAB IV
PENUTUP
Saran dan kritik :
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas penyertaan dan bimbingan selama penyusunan paper ini. Kami menyadari bahwa paper ini masih sangat jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi terciptanya paper yang sempurna.
Semoga makalah ini menjadi bahan acuan bagi kita semua dalam menggali wawasan dibidang kebudayaan khususnya budaya dari Dayak Maanyan salah satuya yang berkaitan dengan Pembaptisan / Permandian,dalam mata kuliah Liturgi Inisiasi.
[1] [1] Bahan paper ini berasal dari hasil wawancara dengan Penghulu Desa Dayu di rumahnya pada tanggal 8 April 2012 yakni dengan Bapa Kurdiman.NY.
[1] [1] Bahan paper ini berasal dari hasil wawancara dengan Penghulu Desa Dayu di rumahnya pada tanggal 8 April 2012 yakni dengan Bapa Kurdiman.NY.