Pembaptisan Dalam Adat Dayak Ma’anyan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan atas kebaikan Allah yang Mahabaik,karena telah menyertai penulis dalam proses pembuatan paper ini dari awal sampai selesai. Adapun maksud pembuatan paper ini penulis ingin lebih mengerti dan memahami tentang adat dan budaya dari dayak Ma’anyan yaitu Itaruk Kasai/ tamping tawar. Disamping itu juga untuk memahami tugas mata kuliah Liturgi Inisiasi.

Dengan adanya penulisan paper ini semakin mengembangkan wawasan penulis tentang pemahanan akan budaya dari Dayak Ma’anyan. Terimakasih pula,penulis ucapkan kepada semua pihak yang ikut mendukung dalam proses penulisan paper ini hingga selesai. Penulis menyadari dalam penulisan paper ini banyak kesalahan dan kekurangan,untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan paper ini.

Akhirnya semoga penulisan paper ini dapat membantu pembaca untuk mengetahuai dan semakin memahami tentang budaya dari Dayak Ma’anyan tentang Itaruk Kasai / Tampung Tawar .

 

Palangka Raya,       April 2012

 

Penulis

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

  • Latar belakang

Mengingat dewasa ini ada banyak kalangan muda yang belum memahami dan menghayati sebagaimana mestinya akan adat dan budaya khususnya budaya dari Dayak Maanyan. Kebudayaan salah satunya Itaruk Kasai / Tampung Tawar yang sering dipakai dalam acara Ngumpe Sawuh( membuang penyakit ) yakni memerciki anak yang baru lahir menggunakan air,dengan tujuan membuang penyakit yang ada dalam dirinya,dan air itu juga sekaligus sebagai lambing bahwa ia telah menjadi warga baru dan diterima didalam masyarakat itu. Rasa cinta akan kebudayaan itu ini sudah dipercayakan sejak turun temurun di dalam masyarakat dayak Maanyan, karena sebenarnya adat ini mempunyai nilai yang cukup besar.

Bila kebudayaan itu benar-benar dihayati dan di hidupkan dalam suatu masyarakat maka budaya Itaruk Kasai / Tampung Tawar akan terjaga dengan baik dan tidak mungkin punah. Oleh karena itu saya mengangkat kembai budaya ini sebagai judul Paper Antropologi,sehingga dengan ini dapat membantu pihak lain betapa pentingnya budaya itu dipelihara dan selama itu masih mempunyai nilai yang positif dalam masyarakat dan dipakai dalam ritual keagamaan.

  • Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

  1. Dari manakah asal usul Itaruk Kasai / Tampung Tawar ?
  2. Apa sajakah yang diperlukan dalam ritual Itaruk Kasai / Tampung Tawar itu ?
  3. Apa hubungan Itaruk Kasai / Tampung Tawar dengan Liturgi inisisasi yang berkitan dengan Pembaptisan/permandian?
    • Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan tentang Natas Banyang ini adalah sebagai berikut :

  1. Bagi penulis : menambah pengalaman,wawasan dan pemahaman akan budaya dayak Maanyan tentang Itaruk Kasai / Tampung Tawar
  2. Bagi pembaca : menjadi bahan acuan,dan pengetahuan dasar akan budaya dayak Maanyan tentang Itaruk Kasai / Tampung Tawar
    • Manfaat penulisan
  3. Bagi pembaca untuk menambah pengetahuan,wawasan akan kebudaaan tentang Itaruk Kasai / Tampung Tawar
  4. Bagi penulis sebagai pengalaman yang berharga,menambah wawasan dan pemahaman akan kebudayaan tentang Itaruk Kasai / Tampung Tawar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN TEORI

 

Itaruk Kasai / Tampung Tawar

  • Asal usul Itaruk Kasai / Tampung Tawar

Itaruk Kasai / Tampung Tawar adalah sebuah ceritera yang berasal dari daerah yang bernma Nansarunai. Disana ada seorang anak seorang tunggal yang dilahirkan hasil perkawinan antara Datu Sialing dengan Dara Sialing,mereka yang baru mendapatkan keturunan karena bertapa atau meminta bantuan daru kekuatan alam.

Keluarga yang baru mendapatkan anak atau keturunan tentu sangat bahagia namun anak mereka itu setelah beberapa bulan lahir terus menerus sakit. Kemudia karena pada zaman dulu sangat lemah atau mungkin masih belum ada pengetahuan tentang dunia kedokteran,maka salah satu cara tradisional yang dipaki yakni dengan menemui Belian Wadian yang juga disebut dengan orang pintar. Seorang belian yang sangat terkenal dengan ilmu gaibnya,dan tak jarang penyakit dari orang orang yang mereka obati itu sembuh. Salah satu cara tradisional dari seorang Belian yang pernah dijumpai adalah Miantah (bahasa Maanyan) yakni beliung yang diikat pada parang kemudian itu digoyang sambil mengucapkan manteranya dan dupa yang dibakar didalam suatu mangkok yang berisi gaharu sebagai pelengkapnya kemudian belian itu berbicara dalam bahasanya sendiri yang saya sebut dengan bahasa roh,karena tatabahasanya yang dia sendiri juga tidak tau namun bahasa itu muncur dibawah alam sadarnya ketika ia berjumpa dengan sahabatnya dialam gaib.

Peran seorang Belian itu sangat terkenal didalam suatu masyarakat selain Ia bisa menyembuhkan penyakit orang lain namun Ia juga disegani karena juga biasanya juga sebagai kepala suku atau kepala adat di dalam suatu masyarakat itu. Meskipun dari intelektual mereka masih lemah namun nilai kebudayaan itu sangat dijunung tinggi, karena ada banyak tatacara atau norma yang berlaku didalam suatu masyarakat itu yang mengatur individu atau kelompok didalam masyarakat itu.

Itaruk Kasai / Tampung Tawar yang dilakukan ini adalah untuk Ngumpe Sawuh (bahasa Maanyan) dari si anak yang baru lahir dengan tujuan membuang segala penyakit yang menimpa anak itu. Ngumpe Sawuh yakni memerciki anak yang baru lahir menggunakan air,dengan tujuan membuang penyakit yang ada dalam dirinya,dan air itu juga sekaligus sebagai lambing bahwa ia telah menjadi warga baru dan diterima didalam masyarakat itu.

Biasanya ketika sianak yang baru lahir itu tidak diadakan Itaruk Kasai / Tampung Tawar maka ia akan sering sakit. Oleh karena itu seorang Belian / Wadian mengatakan bahwa hal itu harus diadakan ,karena pada hakekatnya budaya ini juga memepunya nilai yang positif bagi sianak dan juga bagi keluarganya.

  • Bahan-bahan yang diperlukan didalam upacara Itaruk Kasai / Tampung Tawar

Bahan-bahan yang disediakan,yakni :

  1. Air kelapa muda dan kelapa bulat yang sudah tua dan sudah dikupa kulitnya.
  2. Kemenyan atau gaharu yang sudah diperhalus yang memang sudah di sediakan sebagai upcara ritual itu.
  3. Daun kayu hidup dan yang mati.
    • Bahan tambahan yang juga perlu disediakan sebagai pelengkap upacara/ritual
  4. Telur ayam kampung
  5. Darah ayam kampung
  6. Beras biasa dan beras ketan/ beras pulut / weah dite
  7. Piring putih yang polos
  8. Uang logam dan uang kertas
  9. Gula merah
    • Makna atau nilai dari stiap bahan yang menjadi syarat dalam upacara / ritual itu
  10. Air Kelapa adalah sebuah alat dan sarana yang diyakini dan dipercaya sebagai pembersih dari setiap kotoran yang ada. Air adalah hal yang utama dipakai karena dengan itu orang dibersihkan dari segala yang kotor noda.
  11. Kayu Hidup yang melambangkan kekuatan,pertumbuhan dan permohonan kepada Yang Maha Tinggi ( Tuhan ) agar dengan harapan anak itu dapat tumbuh sehat,panjang umur dan berguna bagi banyak orang serta menjadi panutan / contoh yan baik bagi banyak orang.
  12. Kayu Mati yang melambangkan permohonan agar penyakit yang dialami / diderita oleh si akan itu dapat hilang atau disembuhkan.

Dalam pelaksanaan Itaruk Kasai / Tampung Tawar ini ada bahaan tambahan lain yang juga menjadi syarat dalam pelaksanaan upacara ritual ini,karena ada ketentuan yang memang harus dipenuhi dan itu sudah menjadi dasar dan syarat utama daam setiap ritual yang diadakan.

Selain dari itu setiap bahan yang menjadi syarat dalam pelaksanaan upacara ritual itu mempunya makna atau nilai masing-masing dan kasiat yang berbeda-beda.

Upacara ritual ini sangat sacral dilakuakn karena dari selama kegiatan itu diadakan tidak boleh rebut atau rusuh contoh salah satunya adalah terjadi keributan yang tidak diinginkan. Bila hal itu terjadi maka orang yang melanggar itu akan di adakan denda atau Utang adat . denda yang harus dibayar sesuai dengan tuntutan dari orang yang melakuakn upacara ritual itu,oleh karena itu upacara ini dianggap hal yang bersifat sacral.

Adapun bahan-bahan itu adalah :

  1. Telur ayam kampung dan darah ayam kampung yang melambangkan bahwa Darah adalan alat atau sarana untuk menebuskan sianak itu dari segala penyakitnya yang dideritanya,sedangkan Telur yang melambangkan bahwa sianak itu masih polos dan belum berdosa.
  2. Beras biasa/beras pulut/weah dite yang dibuat di dalam piring putih yang polos yang melambangkan sebuah imbalan atau upah bagi orang yang memberikan doa kepada sianak itu,selain dari itu ada juga gula merah,kelapa dan uang sebesar 3 Real atau bula di rupiahkan sebanding dengan Rp 30.000 uang sekarang.
  3. Setelh selesai do’a oleh seorang Belian / Wadian seorang anak itu dibawa dikeluarkan dari dalam rumah dan diserahkan kepada ibu yang lain dari luar rumah dan dibawa kembali kedalam rumah. Hal ini melambangkan bahwa ibu yang menyambut anak itu dari luar dan membawanya kedalam rumah adalah pelindung dari sianak itu.

Inilah acara ritual itarukasai yang turun temurun dilaksanakan oleh masyarakat Suku Dayak Maanyan dari Nansarunai sampai dengan sekarang masih dihidupkan dalam Masyarakat Sku Dayak Maanyan karena dianggap mempunyai nilai positif. Nansarunai yakni suatu nama Daerah tertua dari suku Dayak Maanyan yang dalam kedaan jayanya kata ini mempunyai arti aman,tentram dan damai sejahtera.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PEMBAHASAN

Refleksi menenai Itaruk Kasai / Tampung Tawar dalam kaitannya dengan Liturgy inisiasi yang berkaitan dengan Pembaptisan atau permandian dalam agam Katolik.

Itaruk Kasai / Tampung Tawar adalah sebuah adat istiadat yang dihayati hingga sekarang dalam budaya Dayak Maanyan. Itaruk Kasai / Tampung Tawar yang menciri khaskan pada air sebagai perantara atau media yang digunakan untuk memperbaharui, menyembuhkan,dan sebagai lambang yang menandakan bahwa seorang anak yang baru lahir itu telah diterima didalam suatu masyarakat tersebut.

Itulah alasan saya mengambil budaya ini sebagai bahan perbandingan dengan Pembaptisan atau permandian dalam agama katolik. Bila didalam agama katolik pada saat pebaptisan ada syarat yang harus dipenuhi dan salah satunya adala seorang wali baptis yang mendampinginya hingga ia dewasa selain dari orang tuanya sendiri yang bertangggung jawab untuk perkembangan imannya di kemudian hari. Pembaptisan dalam agama katolik dilakukan dengan menumpahkan air yang sudah diberkati ke wajah si anak dengan mengucapapkan suatu kata yang menjadi pusat dari pembaptisan itu yakni “ Aku membaptis engkau dalam nama Bapa,Putera dan Roh Kudus” . dengan diungkapkannya kata itu pada saat air di tumpahkan ke wajah sianak maka seorang anak itu telah resmi menjadi anggota gereja. Hal ini sama halnya ketika didalam acara Itaruk Kasai / Tampung Tawar ketika seorang anak itu diperciki dengan air keseluruh tubuhnya menggunakan daun yang hidup dan yang kering,sambil mengucapkan doa kepada anak itu maka pada saat itu seorang anak itu telahresmi menjadi anggota didalah rumah atau masyarakat itu.

Seorang anak yang baru saja diperciki dengan air dan didoakan,maka ada dia dibawa keluar rumah untuk diserahkan kepada seorang salah satu ibu yang sudah siap(biasanya sudah dipersiapkan sebelumnya),kemudian anak itu diserahkan kembali kepada ibu yang melahirkan dia. Dalam hal ini melambangkan bahwa seorang ibu yang menerima anak itu yang dari luar menjadi pelindung dan pendamping hidupnya didalam perkembangan imannya. Buan berarti orang tuanya lalu lepas tangan dengan hal itu,namun orang tua juga menjadi yang utama dalam proses perkembangan imannya. Hal ini dilakukan agar amnak itu berkembang dengan yang didambakan oleh orang tua dan keluarganya. Hal ini sebanding atau hampir sama seperti permandian atau pembaptisan dalam agama katolik yang juga melibatkan wali baptis sebagai pelindung atau pendamping perkembangan iman dari sorang anak itu.

Harapan yang diharapkan oleh orang tua dan keliuarga dari anak yang sudah Itaruk Kasai / Tampung Tawar itu sangat besar agar kelak ia menjadi seorang anak yang . Dengan demikian seorang anak itu secara otomatis mempunyai tanggung jawab dan kewajiban didalam keluarganya. Sama halnya ketika ia sudah dibaptis dalam ritus agama katolik ia juga mempunyai tanggung jawab,hak dan kewajiban untuk keluarganya,namun bukan hanya itu yang difokuskan dlalam agama katolik. Mengingat bahwa untuk mengembangkan imannya ia juga mempunya tanggung jawab,hak dan kewajiban untuk perkembangan Gereja yang ia imani.

Dalam surat-suratnya St.Paulus mengungkapkan bahwa “ Berdosalah aku ketika aku sudah dibaptis namun tidak mewartakan injil”. Ungkapan ini mengungkapkan bahwa ia bukan hanya mempunyai hak untuk mengimanu Tuhan namu ia juga mempunyai tanggung jawab dan kewaajudan untuk menerukan atau mewartakan sabda Tuhan itu.

Itulsh yang menjadi pusat perhatian saya didalam mengngkat paper ini,walaupun disana mempunyai perbedaan didalam ritusyan namun ia mempunyai sau tujuan yang sama yakni Keselamatan yang datang dari yang maha kuasa yang menempati dan berkuasa di alam Nirwana yang selalu melindungi dan menuntun umatnya untuk senantiasa mengarah kepada jalan kebenaran.

Adat dan Budaya yang merupakan yang tertua dan yang pertama dalam sejarah hidup manusia sebelum lahirnya agama. Manusia yang pertama yang selalu hidup dalam kelompok ( Homo Socius) yang dihidupkan hingga sekarang karena pada hakekatnya memang seperti itu halnya bahwa manusia itu tidak bisa berkembang atu hidup sendiri namun ia membutuhkan orang lain dalam hidupnya.

Dosa asal yang dihapus oleh sang Mesias untuk menjadi manusia baru didalam kristus menjadi patokan iman katolik. Namun dalam kehiduan China yang dilambangkan dengan logo sebuah Naga yang melingkar bulat yang membuat pemisahan antara terang dan gelap atau hitam dan putih yang disebut dengan Ying dan Yang. Hal ini menjadi refleksi yang sangat besar yakni bahwa dalam kehidupan manusia itu walau “ segelap apapun kehidupannya namun ia mempunyai niai yang menerangan,sebaliknya walau pun seterang apapun hidup seseorang itu pasti ia mempunyai masa kegelapan didalam hidupnya”.

Itaruk Kasai / Tampung Tawar dan Pembaptisan / Permandian adalah sebuah alat dan sarana yang diberikan oleh Sang Maha Kuasa sebagai sebuah perantara untuk memperbaharui sekaligus menjadi lambing bahwa seorang yang sudah dibaptis sudah diterima dan menjadi satu warga atau komunitas didalam masyarakat dan Gereja.

Agama katolik yang menjunjung tinggi nilai kebudayaan dan kini mencoba menginkulturasikan budaya daerah itu didalam gereja. Selama budaya itu mempunyai nilai yang positif bagi agama katolik,dengan tanpa menghilangkan nilai dari budaya itu sendiri.

Sekian refleksi saya mengenai hubungan antara Itaruk Kasai / Tampung Tawar dengan Pembaptisan / Permandian dalam agama katolik. Saya refleksikan sesuai dengan pengetahuan yang saya dapatkan dari Penghulu adat tuliskan dan ceritakan kepada saya,saya mengetahui bahwa paper ini masih jauh dari sempura khususnya dari segi sastra bahasanya,yankni susunan kalimat atau penempatan katanya. Oleh karena itu,dengan ini memacu saya untuk semakin mendalami budaya-budaya yang masih dihayati oeh masyarakat dan mempunyai nilai yang positif sebagai alat atau sarana pewartaan demi perkembangan Gereja kedepannya. Sehinggan dngan ini mampu membuat masyarakat atau umat semakin menghayai iman katoliknya yang menjadi pedoman bagi kehidupan.[1]

 

BAB IV

PENUTUP

 

Saran dan kritik :

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas penyertaan dan bimbingan selama penyusunan paper ini. Kami menyadari bahwa paper ini masih sangat jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi terciptanya paper yang sempurna.

Semoga makalah ini menjadi bahan acuan bagi kita semua dalam menggali wawasan dibidang kebudayaan khususnya budaya dari Dayak Maanyan salah satuya yang berkaitan dengan Pembaptisan / Permandian,dalam mata kuliah Liturgi Inisiasi.

 

 

 

[1] [1] Bahan paper ini berasal dari hasil wawancara dengan Penghulu Desa Dayu di rumahnya pada tanggal 8 April 2012 yakni dengan Bapa Kurdiman.NY.

 

 

 

[1] [1] Bahan paper ini berasal dari hasil wawancara dengan Penghulu Desa Dayu di rumahnya pada tanggal 8 April 2012 yakni dengan Bapa Kurdiman.NY.

 

Standar

Natas Banyang Dalam Adat Dayak Ma’anyan

BAB I

PENDAHULUAN

 

  • Latar belakang

Mengingat dewasa ini ada banyak kalangan muda yang belum memahami dan menghayati sebagaimana mestinya akan adat dan budaya khususnya budaya dari Dayak Maanyan. Kebudayaan salah satunya Natas banyang yang sering dipakai dalam acara pernikahan,namun rasa cinta akan kebudayyan itu i belum tumbuh dihati masyarakat sehingga tidak mustahil umat kadang umat merasa hal itu haya sebagai bahan hiburan saja,namun sebenarnya mempunyai nilai yang cukup besar.

Bila kebudayaan itu benar-benar dihayati dan di hidupkan dalam suatu masyarakat maka budaya Natas Banyang akan terjaga dengan baik dan tidak mungkin punah. Oleh karena itu saya mengangkat kembai budaya ini sebagai judul Paper Antropologi,sehingga dengan ini dapat membantu pihak lain betapa pentingnya budaya itu dipelihara selama itu masih mempunyai nilai yang positif dalam masyarakat itu.

  • Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

  1. Apa itu sakramen Natas Banyangi ?
  2. Dari manakah asal usul Natas Banyang itu ?
    • Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan tentang Natas Banyang ini adalah sebagai berikut :

  1. Bagi penulis : menambah pengalaman,wawasan dan pemahaman akan budaya dayak Maanyan tentang Natas Banyang
  2. Bagi pembaca : menjadi bahan acuan,dan pengetahuan dasar akan budaya dayak Maanyan tentang Natas Banyang.
    • Manfaat penulisan
  3. Bagi pembaca untuk menambah pengetahuan,wawasan akan kebudaaan tentang Natas Banyang.
  4. Bagi penulis sebagai pengalaman yang berharga,menambah wawasan dan pemahaman akan kebudayaan tentang Natas Banyang.

 

 

 

 

 

 

BAB   II

KAJIAN TEORI

 

  • Latar belakang di lakukannya Natas Banyang

Asal usul Natas Banyang ini terjadi zaman Nansarunai yakni suatu nama tertua dari suku Dayak Maanyan yang dalam kedaan jayanya kata ini mempunyai arti aman,tentram dan damai sejahtera.

Selain dari itu jika tamu datang dari luar daerah yang dianggap kedatangannya mempunyai maksud baik maka suku dayak Maanyan merasa perlu mengadakan upacara Natas Banyang agar tamu yang datang itu bisa diterima oleh warga masyarakat di daerah itu,selain dari itu juga sebagai lambing bahwa tamu itu sudah diterima dalam masyarakat,sehingga tidak ada kecurigaan lagi dalam masyarakat itu.

Kebiasaan ini bukan hanya dilakukan dalam masyarakat Dayak Maanyan namun dalam budaya masyarakat lain juga dilakukan namun sebutan dan ritusnya serta syaratnya sedikit berbeda misalnya dalam budaya masyarakat Dayak Ngaju yakni Tampung Tawar, dalam budaya dayak Dusun yakni Netek Hompong dan masih banyak lagi dari kebudayaan yang lain.

  • Pengertian Natas Banyang

Natas Banyang adalah suatu kebudayaan dayak Maanyan yang seringkali digunakan pada acara pernikahan yang dilakukan secara meriah atau besar-besaran. Natas Banyang yang banyak digunakan pada acara pernikahan itu adalah sebuah Nasar / Hajat dari orang tua yang menikahkan anaknya. Selain dari itu adanya suatu kesepakatan dari kedua belah piahak yakni antara calon mempelai pria dan wanita.

Natas Banyang yang dilakukan ini mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi agar bisa diselenggarakan dan mempunyai tahap-tahap dalam pelaksanaannya. Mislnya Lubang Skepeng yang disediakan didepan rumah yang dipasang tebu atau tali untuk menghalanginya yang disebut dengan Banyang,kemudian ada buah yang digantung pada lubang skepeng banyang itu yang disebut dengan wua banyang /buah banyang,dilengkapi dengan minuman Tuak / baram serta masih banyak lagi yang lainnya

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PEMBAHASAN

 

  1. Bahan – bahan yang perlu disediakan dalam upacara Natas Banyang
    • Tiang dua yang diikat seperti pintu gerbang dan kiri kanan atas dihias dengan daun kelapa muda yang disebut dengan luwang skepeng/lubang skepeng untuk tiang banyang serta buah-buahan yang digantung dipagar atas tiang banyang yang disebut dengan wua banyang / buah banyang. Selain dari itu pada tiang banyang yang dipasang didepan rumah untuk menyambut tamu yang datang mempelai pria) ini biasanya dipasang tulisan Selamat Panalu / Selamat Datang.
    • Tuak / Baram dan Gelas yang disediakan untuk bersulang antar kaum adat yang berperan didalamnya ,selain dari itu juga sebagai lambing suatu ungkapan kebahagiaan dan bukan untuk bahan mabuk-mabukan.

Tuak / Baram yang diminum ini adalah hasil buatan secara tradisional yakni salah satunya adalah dari beras ketan dan tidak ada campuran dengan alcohol.

  • Piring persembahan yang dibuat dengan beras sedikit,pahat lapis,katam untuk memahat bangunan kayu,kunyit dan arang (dalam bahasa maanyan areng ).

Semua persembahan ini bukan hanya sekedar bahan pelengkap yang disdiakan namun mempunya tujuan yang sangt mendasar khususnya bagi masyarakat Dayak yakni untuk menghormati dan dipersembahkan kepada para arwah nenek moyang yang telah meninggal lebih dulu dilingkungan keluarga kedua belah pihak atau kedua mempelai yang akan dinikahkan itu.

  • Sesanggan atau piring besar yang berwarna kuning emas yang diisi dengan beras ketan dan beras biasa yang dilengkapi dengan gula merah ,kelap bulat yang sudah tua dan kulitnya yang sudah dibuang dan uang sebagai bayaran kepada kepala hukum adat yakni 3 reah / 3 repo atau jika dirupiahkan sekarang menjadi Rp. 5.000 , sehingga pada sesanggan itu berisi beras dan uang tambahan menjadi Rp. 30.000.
  • Pada pintu masuk pertama atau pada tiang Banyang disediakan satu benang ,kain dan batang tebu yang dipasang untuk menghalangi pintu masuk tersebut.

Maksud dari dibentangnya benang da tebu yang diikat pada tiang banyang itu yakni untuk sebuah kesepakatan yang diadakan antara kedua belah pihak tersebut,misalnya benang yang dibentang itu dipotong oleh pihak mempelai pria dan batang tebu tiu dipotong oleh mempelai wanita.

Alat yang digunakan untuk memotong benang ( banyang dari pihak pria) itu yakni gunting atau pisau sedangkan untuk memotong Tebu (banyang dari pihak wanita) itu yakni dengan menggunakan Mandau.

  1. Tujuan dari diadakannya Natas Banyang ini yakni banyang pada upacara pernikahan adalah sebuah nasar / Hajat dari kedua belah pihak yang melakukannya bahwa mempelai yang dinikahkan itu bisa menjadi keluarga yang rukun,bahagia,setia sehidup semati dan bisa menjadi kebanggaan orang tua dan keluarga.
  2. Yang berperan dalam upacara Natas Banyang

Yang berperan didalamnya ,yakni :

  1. Penghulu adat / kepala adat yang memang mengetahui tata cara/ritus dan bahasa atau sastra adat yang berkaitan dengan Tanya jawab dengan penuh kebanggaan.
  2. Mantir atau pemipin natas banyang serta tokoh adat Dayak Maanyan lainnya.
  3. Haruskah Natas Banyang itu dilakukan dalam setiap upacara pernikahan ?

Natas Banyang itu tidak harus dilakukan pada setiap upacara pernikahan,karena Natas Banyang itu dilakukanapabila ada Nasar / Hajat dari orang yang yang mengadakan itu.

Selain dari itu kalau pernikahan dengan cara yang dimulai dari :

  1. Bisikurik
  2. Peminangan,dan
  3. Pelaksanaan pernikahan

Biasanya bila acara pernikahan itu secara sangat meriah atau secara besar-besaran ketika siangnya diadakan dengan acara Natas Banyang maka malamnya dilanjutkan dengan acara iwurung jue ( tahap mencari penganten wanita) dan biasanya Wurung jue / burung jue ini dilakukan sampai 5 kali yakni yang kelimanya adalah mempelai wanita. Kemudian setelah mempelai wanita itu telah disandingkan dengan mempelai pria maka acara itu dilanjutkan dengan acar Wadian bulat / Belian Bulat serta mendirikan Gunung Perak,yakni phon kayu yang pendek yang didirikan didepan kedua mempelai dan diranting kayu-kayu itu dipasang uang kertas sebagai buahnya entah itu 2 dan paling tinggi nilainya Rp. 10.000.

Stelah selesai diadakannya upacra itu maka dilanjutkan dengan pemenuhan hokum adat yang sering disebut dengan pemenuhan hukum adat atau Turus Tajak yakni memberikan amanah atau pesan-pesan untuk berumah tangga kepada kedua mempelai dengan ditandai uang yang mereka berikan sebagain tanda kebahagiaan mereka dukungan kepada kedua mempelai dngan harapan kedua mempelai itu mampu mengarungi kehidupan berumah tangga,dan bisa menjadi keluarga yang bahagia,dan bisa menjadi cermin yang baik bagi keluarga yang lain.[1]

 

Bahan paper ini berasal dari hasil wawancara dengan Penghulu Desa Dayu di rumahnya pada tanggal 8 April 2012 yakni dengan Bapa Kurdiman.NY.

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

Saran dan kritik :

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas penyertaan dan bimbingan selama penyusunan makalah kebudayaan Natas Banyang ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang sempurna.

Semoga makalah ini menjadi bahan acuan bagi kita semua dalam menggali wawasan dibidang kebudayaan khususnya budaya dari Dayak Maanyan yang berkaitan dengan Natas Banyang.

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

 

 

[1] Bahan paper ini berasal dari hasil wawancara dengan Penghulu Desa Dayu di rumahnya pada tanggal 8 April 2012 yakni dengan Bapa Kurdiman.NY.

BAB I

PENDAHULUAN

 

  • Latar belakang

Mengingat dewasa ini ada banyak kalangan muda yang belum memahami dan menghayati sebagaimana mestinya akan adat dan budaya khususnya budaya dari Dayak Maanyan. Kebudayaan salah satunya Natas banyang yang sering dipakai dalam acara pernikahan,namun rasa cinta akan kebudayyan itu i belum tumbuh dihati masyarakat sehingga tidak mustahil umat kadang umat merasa hal itu haya sebagai bahan hiburan saja,namun sebenarnya mempunyai nilai yang cukup besar.

Bila kebudayaan itu benar-benar dihayati dan di hidupkan dalam suatu masyarakat maka budaya Natas Banyang akan terjaga dengan baik dan tidak mungkin punah. Oleh karena itu saya mengangkat kembai budaya ini sebagai judul Paper Antropologi,sehingga dengan ini dapat membantu pihak lain betapa pentingnya budaya itu dipelihara selama itu masih mempunyai nilai yang positif dalam masyarakat itu.

  • Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

  1. Apa itu sakramen Natas Banyangi ?
  2. Dari manakah asal usul Natas Banyang itu ?
    • Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan tentang Natas Banyang ini adalah sebagai berikut :

  1. Bagi penulis : menambah pengalaman,wawasan dan pemahaman akan budaya dayak Maanyan tentang Natas Banyang
  2. Bagi pembaca : menjadi bahan acuan,dan pengetahuan dasar akan budaya dayak Maanyan tentang Natas Banyang.
    • Manfaat penulisan
  3. Bagi pembaca untuk menambah pengetahuan,wawasan akan kebudaaan tentang Natas Banyang.
  4. Bagi penulis sebagai pengalaman yang berharga,menambah wawasan dan pemahaman akan kebudayaan tentang Natas Banyang.

 

 

 

 

 

 

BAB   II

KAJIAN TEORI

 

  • Latar belakang di lakukannya Natas Banyang

Asal usul Natas Banyang ini terjadi zaman Nansarunai yakni suatu nama tertua dari suku Dayak Maanyan yang dalam kedaan jayanya kata ini mempunyai arti aman,tentram dan damai sejahtera.

Selain dari itu jika tamu datang dari luar daerah yang dianggap kedatangannya mempunyai maksud baik maka suku dayak Maanyan merasa perlu mengadakan upacara Natas Banyang agar tamu yang datang itu bisa diterima oleh warga masyarakat di daerah itu,selain dari itu juga sebagai lambing bahwa tamu itu sudah diterima dalam masyarakat,sehingga tidak ada kecurigaan lagi dalam masyarakat itu.

Kebiasaan ini bukan hanya dilakukan dalam masyarakat Dayak Maanyan namun dalam budaya masyarakat lain juga dilakukan namun sebutan dan ritusnya serta syaratnya sedikit berbeda misalnya dalam budaya masyarakat Dayak Ngaju yakni Tampung Tawar, dalam budaya dayak Dusun yakni Netek Hompong dan masih banyak lagi dari kebudayaan yang lain.

  • Pengertian Natas Banyang

Natas Banyang adalah suatu kebudayaan dayak Maanyan yang seringkali digunakan pada acara pernikahan yang dilakukan secara meriah atau besar-besaran. Natas Banyang yang banyak digunakan pada acara pernikahan itu adalah sebuah Nasar / Hajat dari orang tua yang menikahkan anaknya. Selain dari itu adanya suatu kesepakatan dari kedua belah piahak yakni antara calon mempelai pria dan wanita.

Natas Banyang yang dilakukan ini mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi agar bisa diselenggarakan dan mempunyai tahap-tahap dalam pelaksanaannya. Mislnya Lubang Skepeng yang disediakan didepan rumah yang dipasang tebu atau tali untuk menghalanginya yang disebut dengan Banyang,kemudian ada buah yang digantung pada lubang skepeng banyang itu yang disebut dengan wua banyang /buah banyang,dilengkapi dengan minuman Tuak / baram serta masih banyak lagi yang lainnya

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PEMBAHASAN

 

  1. Bahan – bahan yang perlu disediakan dalam upacara Natas Banyang
    • Tiang dua yang diikat seperti pintu gerbang dan kiri kanan atas dihias dengan daun kelapa muda yang disebut dengan luwang skepeng/lubang skepeng untuk tiang banyang serta buah-buahan yang digantung dipagar atas tiang banyang yang disebut dengan wua banyang / buah banyang. Selain dari itu pada tiang banyang yang dipasang didepan rumah untuk menyambut tamu yang datang mempelai pria) ini biasanya dipasang tulisan Selamat Panalu / Selamat Datang.
    • Tuak / Baram dan Gelas yang disediakan untuk bersulang antar kaum adat yang berperan didalamnya ,selain dari itu juga sebagai lambing suatu ungkapan kebahagiaan dan bukan untuk bahan mabuk-mabukan.

Tuak / Baram yang diminum ini adalah hasil buatan secara tradisional yakni salah satunya adalah dari beras ketan dan tidak ada campuran dengan alcohol.

  • Piring persembahan yang dibuat dengan beras sedikit,pahat lapis,katam untuk memahat bangunan kayu,kunyit dan arang (dalam bahasa maanyan areng ).

Semua persembahan ini bukan hanya sekedar bahan pelengkap yang disdiakan namun mempunya tujuan yang sangt mendasar khususnya bagi masyarakat Dayak yakni untuk menghormati dan dipersembahkan kepada para arwah nenek moyang yang telah meninggal lebih dulu dilingkungan keluarga kedua belah pihak atau kedua mempelai yang akan dinikahkan itu.

  • Sesanggan atau piring besar yang berwarna kuning emas yang diisi dengan beras ketan dan beras biasa yang dilengkapi dengan gula merah ,kelap bulat yang sudah tua dan kulitnya yang sudah dibuang dan uang sebagai bayaran kepada kepala hukum adat yakni 3 reah / 3 repo atau jika dirupiahkan sekarang menjadi Rp. 5.000 , sehingga pada sesanggan itu berisi beras dan uang tambahan menjadi Rp. 30.000.
  • Pada pintu masuk pertama atau pada tiang Banyang disediakan satu benang ,kain dan batang tebu yang dipasang untuk menghalangi pintu masuk tersebut.

Maksud dari dibentangnya benang da tebu yang diikat pada tiang banyang itu yakni untuk sebuah kesepakatan yang diadakan antara kedua belah pihak tersebut,misalnya benang yang dibentang itu dipotong oleh pihak mempelai pria dan batang tebu tiu dipotong oleh mempelai wanita.

Alat yang digunakan untuk memotong benang ( banyang dari pihak pria) itu yakni gunting atau pisau sedangkan untuk memotong Tebu (banyang dari pihak wanita) itu yakni dengan menggunakan Mandau.

  1. Tujuan dari diadakannya Natas Banyang ini yakni banyang pada upacara pernikahan adalah sebuah nasar / Hajat dari kedua belah pihak yang melakukannya bahwa mempelai yang dinikahkan itu bisa menjadi keluarga yang rukun,bahagia,setia sehidup semati dan bisa menjadi kebanggaan orang tua dan keluarga.
  2. Yang berperan dalam upacara Natas Banyang

Yang berperan didalamnya ,yakni :

  1. Penghulu adat / kepala adat yang memang mengetahui tata cara/ritus dan bahasa atau sastra adat yang berkaitan dengan Tanya jawab dengan penuh kebanggaan.
  2. Mantir atau pemipin natas banyang serta tokoh adat Dayak Maanyan lainnya.
  3. Haruskah Natas Banyang itu dilakukan dalam setiap upacara pernikahan ?

Natas Banyang itu tidak harus dilakukan pada setiap upacara pernikahan,karena Natas Banyang itu dilakukanapabila ada Nasar / Hajat dari orang yang yang mengadakan itu.

Selain dari itu kalau pernikahan dengan cara yang dimulai dari :

  1. Bisikurik
  2. Peminangan,dan
  3. Pelaksanaan pernikahan

Biasanya bila acara pernikahan itu secara sangat meriah atau secara besar-besaran ketika siangnya diadakan dengan acara Natas Banyang maka malamnya dilanjutkan dengan acara iwurung jue ( tahap mencari penganten wanita) dan biasanya Wurung jue / burung jue ini dilakukan sampai 5 kali yakni yang kelimanya adalah mempelai wanita. Kemudian setelah mempelai wanita itu telah disandingkan dengan mempelai pria maka acara itu dilanjutkan dengan acar Wadian bulat / Belian Bulat serta mendirikan Gunung Perak,yakni phon kayu yang pendek yang didirikan didepan kedua mempelai dan diranting kayu-kayu itu dipasang uang kertas sebagai buahnya entah itu 2 dan paling tinggi nilainya Rp. 10.000.

Stelah selesai diadakannya upacra itu maka dilanjutkan dengan pemenuhan hokum adat yang sering disebut dengan pemenuhan hukum adat atau Turus Tajak yakni memberikan amanah atau pesan-pesan untuk berumah tangga kepada kedua mempelai dengan ditandai uang yang mereka berikan sebagain tanda kebahagiaan mereka dukungan kepada kedua mempelai dngan harapan kedua mempelai itu mampu mengarungi kehidupan berumah tangga,dan bisa menjadi keluarga yang bahagia,dan bisa menjadi cermin yang baik bagi keluarga yang lain.[1]

 

Bahan paper ini berasal dari hasil wawancara dengan Penghulu Desa Dayu di rumahnya pada tanggal 8 April 2012 yakni dengan Bapa Kurdiman.NY.

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

Saran dan kritik :

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas penyertaan dan bimbingan selama penyusunan makalah kebudayaan Natas Banyang ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang sempurna.

Semoga makalah ini menjadi bahan acuan bagi kita semua dalam menggali wawasan dibidang kebudayaan khususnya budaya dari Dayak Maanyan yang berkaitan dengan Natas Banyang.

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

 

 

[1] Bahan paper ini berasal dari hasil wawancara dengan Penghulu Desa Dayu di rumahnya pada tanggal 8 April 2012 yakni dengan Bapa Kurdiman.NY.

BAB I

PENDAHULUAN

 

  • Latar belakang

Mengingat dewasa ini ada banyak kalangan muda yang belum memahami dan menghayati sebagaimana mestinya akan adat dan budaya khususnya budaya dari Dayak Maanyan. Kebudayaan salah satunya Natas banyang yang sering dipakai dalam acara pernikahan,namun rasa cinta akan kebudayyan itu i belum tumbuh dihati masyarakat sehingga tidak mustahil umat kadang umat merasa hal itu haya sebagai bahan hiburan saja,namun sebenarnya mempunyai nilai yang cukup besar.

Bila kebudayaan itu benar-benar dihayati dan di hidupkan dalam suatu masyarakat maka budaya Natas Banyang akan terjaga dengan baik dan tidak mungkin punah. Oleh karena itu saya mengangkat kembai budaya ini sebagai judul Paper Antropologi,sehingga dengan ini dapat membantu pihak lain betapa pentingnya budaya itu dipelihara selama itu masih mempunyai nilai yang positif dalam masyarakat itu.

  • Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

  1. Apa itu sakramen Natas Banyangi ?
  2. Dari manakah asal usul Natas Banyang itu ?
    • Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan tentang Natas Banyang ini adalah sebagai berikut :

  1. Bagi penulis : menambah pengalaman,wawasan dan pemahaman akan budaya dayak Maanyan tentang Natas Banyang
  2. Bagi pembaca : menjadi bahan acuan,dan pengetahuan dasar akan budaya dayak Maanyan tentang Natas Banyang.
    • Manfaat penulisan
  3. Bagi pembaca untuk menambah pengetahuan,wawasan akan kebudaaan tentang Natas Banyang.
  4. Bagi penulis sebagai pengalaman yang berharga,menambah wawasan dan pemahaman akan kebudayaan tentang Natas Banyang.

 

 

 

 

 

 

BAB   II

KAJIAN TEORI

 

  • Latar belakang di lakukannya Natas Banyang

Asal usul Natas Banyang ini terjadi zaman Nansarunai yakni suatu nama tertua dari suku Dayak Maanyan yang dalam kedaan jayanya kata ini mempunyai arti aman,tentram dan damai sejahtera.

Selain dari itu jika tamu datang dari luar daerah yang dianggap kedatangannya mempunyai maksud baik maka suku dayak Maanyan merasa perlu mengadakan upacara Natas Banyang agar tamu yang datang itu bisa diterima oleh warga masyarakat di daerah itu,selain dari itu juga sebagai lambing bahwa tamu itu sudah diterima dalam masyarakat,sehingga tidak ada kecurigaan lagi dalam masyarakat itu.

Kebiasaan ini bukan hanya dilakukan dalam masyarakat Dayak Maanyan namun dalam budaya masyarakat lain juga dilakukan namun sebutan dan ritusnya serta syaratnya sedikit berbeda misalnya dalam budaya masyarakat Dayak Ngaju yakni Tampung Tawar, dalam budaya dayak Dusun yakni Netek Hompong dan masih banyak lagi dari kebudayaan yang lain.

  • Pengertian Natas Banyang

Natas Banyang adalah suatu kebudayaan dayak Maanyan yang seringkali digunakan pada acara pernikahan yang dilakukan secara meriah atau besar-besaran. Natas Banyang yang banyak digunakan pada acara pernikahan itu adalah sebuah Nasar / Hajat dari orang tua yang menikahkan anaknya. Selain dari itu adanya suatu kesepakatan dari kedua belah piahak yakni antara calon mempelai pria dan wanita.

Natas Banyang yang dilakukan ini mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi agar bisa diselenggarakan dan mempunyai tahap-tahap dalam pelaksanaannya. Mislnya Lubang Skepeng yang disediakan didepan rumah yang dipasang tebu atau tali untuk menghalanginya yang disebut dengan Banyang,kemudian ada buah yang digantung pada lubang skepeng banyang itu yang disebut dengan wua banyang /buah banyang,dilengkapi dengan minuman Tuak / baram serta masih banyak lagi yang lainnya

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PEMBAHASAN

 

  1. Bahan – bahan yang perlu disediakan dalam upacara Natas Banyang
    • Tiang dua yang diikat seperti pintu gerbang dan kiri kanan atas dihias dengan daun kelapa muda yang disebut dengan luwang skepeng/lubang skepeng untuk tiang banyang serta buah-buahan yang digantung dipagar atas tiang banyang yang disebut dengan wua banyang / buah banyang. Selain dari itu pada tiang banyang yang dipasang didepan rumah untuk menyambut tamu yang datang mempelai pria) ini biasanya dipasang tulisan Selamat Panalu / Selamat Datang.
    • Tuak / Baram dan Gelas yang disediakan untuk bersulang antar kaum adat yang berperan didalamnya ,selain dari itu juga sebagai lambing suatu ungkapan kebahagiaan dan bukan untuk bahan mabuk-mabukan.

Tuak / Baram yang diminum ini adalah hasil buatan secara tradisional yakni salah satunya adalah dari beras ketan dan tidak ada campuran dengan alcohol.

  • Piring persembahan yang dibuat dengan beras sedikit,pahat lapis,katam untuk memahat bangunan kayu,kunyit dan arang (dalam bahasa maanyan areng ).

Semua persembahan ini bukan hanya sekedar bahan pelengkap yang disdiakan namun mempunya tujuan yang sangt mendasar khususnya bagi masyarakat Dayak yakni untuk menghormati dan dipersembahkan kepada para arwah nenek moyang yang telah meninggal lebih dulu dilingkungan keluarga kedua belah pihak atau kedua mempelai yang akan dinikahkan itu.

  • Sesanggan atau piring besar yang berwarna kuning emas yang diisi dengan beras ketan dan beras biasa yang dilengkapi dengan gula merah ,kelap bulat yang sudah tua dan kulitnya yang sudah dibuang dan uang sebagai bayaran kepada kepala hukum adat yakni 3 reah / 3 repo atau jika dirupiahkan sekarang menjadi Rp. 5.000 , sehingga pada sesanggan itu berisi beras dan uang tambahan menjadi Rp. 30.000.
  • Pada pintu masuk pertama atau pada tiang Banyang disediakan satu benang ,kain dan batang tebu yang dipasang untuk menghalangi pintu masuk tersebut.

Maksud dari dibentangnya benang da tebu yang diikat pada tiang banyang itu yakni untuk sebuah kesepakatan yang diadakan antara kedua belah pihak tersebut,misalnya benang yang dibentang itu dipotong oleh pihak mempelai pria dan batang tebu tiu dipotong oleh mempelai wanita.

Alat yang digunakan untuk memotong benang ( banyang dari pihak pria) itu yakni gunting atau pisau sedangkan untuk memotong Tebu (banyang dari pihak wanita) itu yakni dengan menggunakan Mandau.

  1. Tujuan dari diadakannya Natas Banyang ini yakni banyang pada upacara pernikahan adalah sebuah nasar / Hajat dari kedua belah pihak yang melakukannya bahwa mempelai yang dinikahkan itu bisa menjadi keluarga yang rukun,bahagia,setia sehidup semati dan bisa menjadi kebanggaan orang tua dan keluarga.
  2. Yang berperan dalam upacara Natas Banyang

Yang berperan didalamnya ,yakni :

  1. Penghulu adat / kepala adat yang memang mengetahui tata cara/ritus dan bahasa atau sastra adat yang berkaitan dengan Tanya jawab dengan penuh kebanggaan.
  2. Mantir atau pemipin natas banyang serta tokoh adat Dayak Maanyan lainnya.
  3. Haruskah Natas Banyang itu dilakukan dalam setiap upacara pernikahan ?

Natas Banyang itu tidak harus dilakukan pada setiap upacara pernikahan,karena Natas Banyang itu dilakukanapabila ada Nasar / Hajat dari orang yang yang mengadakan itu.

Selain dari itu kalau pernikahan dengan cara yang dimulai dari :

  1. Bisikurik
  2. Peminangan,dan
  3. Pelaksanaan pernikahan

Biasanya bila acara pernikahan itu secara sangat meriah atau secara besar-besaran ketika siangnya diadakan dengan acara Natas Banyang maka malamnya dilanjutkan dengan acara iwurung jue ( tahap mencari penganten wanita) dan biasanya Wurung jue / burung jue ini dilakukan sampai 5 kali yakni yang kelimanya adalah mempelai wanita. Kemudian setelah mempelai wanita itu telah disandingkan dengan mempelai pria maka acara itu dilanjutkan dengan acar Wadian bulat / Belian Bulat serta mendirikan Gunung Perak,yakni phon kayu yang pendek yang didirikan didepan kedua mempelai dan diranting kayu-kayu itu dipasang uang kertas sebagai buahnya entah itu 2 dan paling tinggi nilainya Rp. 10.000.

Stelah selesai diadakannya upacra itu maka dilanjutkan dengan pemenuhan hokum adat yang sering disebut dengan pemenuhan hukum adat atau Turus Tajak yakni memberikan amanah atau pesan-pesan untuk berumah tangga kepada kedua mempelai dengan ditandai uang yang mereka berikan sebagain tanda kebahagiaan mereka dukungan kepada kedua mempelai dngan harapan kedua mempelai itu mampu mengarungi kehidupan berumah tangga,dan bisa menjadi keluarga yang bahagia,dan bisa menjadi cermin yang baik bagi keluarga yang lain.[1]

 

Bahan paper ini berasal dari hasil wawancara dengan Penghulu Desa Dayu di rumahnya pada tanggal 8 April 2012 yakni dengan Bapa Kurdiman.NY.

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

Saran dan kritik :

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas penyertaan dan bimbingan selama penyusunan makalah kebudayaan Natas Banyang ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang sempurna.

Semoga makalah ini menjadi bahan acuan bagi kita semua dalam menggali wawasan dibidang kebudayaan khususnya budaya dari Dayak Maanyan yang berkaitan dengan Natas Banyang.

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

 

 

[1] Bahan paper ini berasal dari hasil wawancara dengan Penghulu Desa Dayu di rumahnya pada tanggal 8 April 2012 yakni dengan Bapa Kurdiman.NY.

Standar

HUKUM-HUKUM ADAT YANG MASIH BERLAKU DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DAYAK MA’ANYAN

MAKALAH

HUKUM-HUKUM ADAT YANG MASIH BERLAKU DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DAYAK MA’ANYAN

Tugas Matakuliah Moral kebenaran,Kehormatan dan Kesetiaan

 

 

 

Disusun oleh:

Doni Setiawan

Eri Susanti

Pitriani

Nura Hartami

Roberto

Yunitanti Nuris

 

 

 

 

SEKOLAH TINGGI ILMU PASTORAL Tahasak Danum Pambelum”

KEUSKUPAN PALANGKA RAYA

Tahun Ajaran 2011/2012

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya lah penulis bisa menyelesaikan paper HUKUM-HUKUM ADAT YANG MASIH BERLAKU DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DAYAK MA’ANYAN” ini.

Dalam penulisan paper ini tentulah penulis tidak lepas dari kesulitan, kesulitan itu tentunya karena keterbatasan pengetahuan penulis juga karena terbatasnya bahan. Penulis menyadari paper ini jauh dari sempurna,karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar penulisan paper berikutnya dapat lebih baik lagi.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu selesainya penulisan paper ini. Semoga paper ini berguna bagi pembaca

 

 

 

Palangka raya,september 2011

Penulis

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di zaman sekarang pelanggaran-pelanggaran moral dipandang sebagai suatu hal yang biasa dilakukan. Nilai moral dan sopan santun sudah mulai pudar. Hal itu nampak dari banyaknya perilaku-perilaku buruk dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang tumbuh subur dalam masyarakat yang terjadi belakangan ini. Moral dan sopan santun dianggap tidak penting lagi, dianggap kuno dan dipandang sebagai suatu hal yang sepele, hanya sekedar hal-hal biasa dan tak berpengaruh bila dilanggar.

Sebenarnya bagi kita manusia nilai moral dan sopan santun itu begitu di junjung tinggi.. Moral dan sopan santun adalah hal yang sangat murni karena hal itulah yang bisa menunjukan bahwa manusia itu “sungguh-sungguh manusia”. Nilai moral dan sopan santun itu sudah dijunjung tinggi semenjak zaman nenek moyang dahulu, semua hukum-hukum dan aturan-aturan tersusun rapi menjadi suatu budaya dan hukum adat.

Demikianlah penulisan paper ini didasari latarbelakang itu maka penulis tertarik untuk melihat berbagai adat istiadat yang mengatur nilai moral dan sopan santun itu. Dan disini penulis menyoroti adat istiadat dari salah satu suku yaitu suku dayak Ma’anyan.

Penulis mengambil topik ini dan memilih dayak Ma’anyan sebagai salah satu contoh karena penulis ingin pembaca tahu dan mengenal adat istiadat tentang nilai moral dan sopan santun dalam hidup suku dayak Ma’anyan.

1.2 Metode Penulisan

            Metode penulisan yang digunakan penulis dalam penulisan paper “HUKUM-HUKUM ADAT YANG MASIH BERLAKU DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DAYAK MA’ANYAN” yaitu metode Tinjauan Pustaka.

1.3 Tujuan Penulisan

            Adapun beberapa tujuan penulisan paper ini yaitu:

  1. Memenuhi tugas mata kuliah Moral kebenaran, Kehormatan Dan Kesetiaan.
  2. Sebagai bahan pemahaman tentang adat istiadat tentang nilai moral dan sopan santun suku dayak Ma’anyan.

1.4 Batasan Masalah

            Agar pembahasan tidak meluas maka penulis merasa perlu adanya pembatasan masalah, pembatasannya yaitu hanya melihat dan membahas tentang hukum adat suku dayak Ma’anyan.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

  • Pengertian adat istiadat, moral, dan sopan santun.

Adat istiadat adalah sebuah hukum atau norma tak tertulis didalam suatu masyarakat dengan tujuan adalah agar mengatur kehidupan seseorang mengarah kehal yang positif. Dengan kata lain adat istiadat itu adalah sebuah tradisi lisan yang diwariskan dari nenek moyang ke generasi yang sekarang. Namun adat istiadat itu tak selamanya atau tak selalu benar, karena tak sesuai dengan keadaan zaman modern ini.

Moral yang merupakan puncak kepribadian seseorang, karena moral itu yang menentukan orang itu baik atau tidaknya. Biasanya orang yang mempunyai moral yang baik ia akan dihargai dan dihormati banyak orang. Begitu juga sebaliknya jika seseorang itu tidak mempunyai moral yang baik maka dengan otomatisnyaa orang itu akan tidak dihargai oleh orang-orang.

Sopan santun lebih mengarah kepada kepribadian seseorang, contohnya menghormati orang lebih tua, jongkok saat berjalan atau melewati depan orang tua yang sedang berbicara. Contoh ini dapat kita lihat sebagai cermin atau contoh sopan santun di dalam bermasyarakat dan dalam pergaulan dengan sesama.

 

 

 

  • Beberapa adat istiadat ( aturan hukum adat ) yang masih berlaku di dalam hidup masyarakat dayak Ma’anyan

Sihala adalah suatu adat dayak Ma’anyan yang berfungsi mengatur kehidupan seseorang di dalam pergaulan di tengah masyarakat. Contohnya : Jika ada dua orang pasangan muda-mudi yang belum terikat hubungan suami isteri sedang berduaan ditempat gelap dan sepi maka akan dikenakan SIHALA. Mereka akan dibawa ke balai desa dan dikawinkan secara adat disana. Jika ada dua orang muda –mudi yang belum terikat hubungan suami isteri tertangkap (ketahuan ) melakukan seks , maka akan di bawa ke balai desa dikenakan sihala dengan diarak keliling kampung tanpa memakai pakaian (telanjang ). Dengan dikawinkan dan diarak keliling kampung mereka membayar tercemarnya nama baik kampung tersebut, juga supaya kedua pasangan tersebut sadar bahwa mereka telah menjatuhkan harga diri mereka di hadapan masyakat, dan hal itu juga menjadi contoh bagi masyarakat lain supaya tidak berlaku seperti itu.

  • Bayar ampang (bayar hutang hamil diluar nikah).

Bayar ampang adalah suatu adat yang berlaku di dalam suatu masyarakat yang mengatur relasi atau hubungan dengan orang lain, di mana hubungan itu harus baik dan tidak dicemari oleh perbuatan kotor. Contohnya : Jika seorang wanita hamil diluar nikah tetapi saat itu sudah ketahuan siapa  laki-laki yang menghamili dia , maka mereka berdua diberi hukuman adat dan  diupacarai agar aib mereka yang juga sudah menjadi aib kampung bisa di hapus , kemudian setelah upacara penebusan aib sudah selesai barulah mereka dikawinkan secara adat. Biasanya wanita –wanita yang masih belum bersuami dilarang keras menghadiri pesta perkawinan adat tersebut.

 

  • Palas ampang.

Palas ampang adalah suatu adat yang mengatur kehidupan seseorang didalam menjalani relasi dengan sesama di dalam hubungan dengan masyarakat, dan Supaya wanita itu masih diterima tinggal di kampung tersebut. Contohnya : Jika seorang wanita hamil diluar nikah tetapi saat itu tidak diketahui siapa laki – laki yang menghamilinya , maka wanita itu akan dibawa ke balai desa dan diberi hukuman adat kemudian diupacarai dan dikawinkan dengan sepasang lengkap pakaian laki – laki. Wanita – wanita yang belum bersuami dilarang keras untuk menghadiri upacara adat ini.

  • Utang (hutang).

Utang adalah salah satu adat dayak Ma’anyan yang mengatur pola tingkah laku atau relasi dengan orang lain di dalam suatu masyarakat. Contohnya : Jika seseorang menyebarkan berita tentang orang lain kepada orang banyak dan orang yang dibicarakannya menuntut karena tidak terima akan berita itu , dan kemudian terbukti bahwa berita itu bohong, maka orang yang menyebarkan berita akan dikenai utang dengan membayar denda kepada kepala adat untuk menebus kesalahannya yang telah mencemarkan nama orang lain.

  • Tungu(denda).

Tungu merupakan adat dayak Ma’anyan yang tetap dipakai sampai saat ini karena mempunyai pengaruh yang positif bagi masyarakat yang mana adat ini mengatur kehidupan seseorang di dalam menjalin relasi dengan sesama di dalam suatu masyarakat. Tungu ini dapat digunakan didalam berbagai adat jika orang lain salah satunya adalah dalam hal perkawinan atau pernikahan. Contohnya : Jika seorang laki-laki yang sudah mempunyai isteri tetapi kemudian dia hendak menikah lagi maka dia akan dikenakan tungu yaitu denda adat untuk menebus perbuatannya itu.

  • Dana (denda)

Dan’a berarti denda yaitu hukuman yang diberikan jika seseorang melanggar hukum adat yang berlaku dan berbuat hal-hal yang tidak lazim dilakukan, misalnya menuba disungai umum milik desa, mencuri alat-alat adat , mengganggu isteri orang lain, mencelakai orang lain sampai mengeluarkan darah, menghina aturan –aturan adat, mengucapkan kata-kata kasar terhadap orang lain yang tidak semestinya diucapkan (hinaan).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

KESIMPULAN

Aturan – aturan ini merupakan suatu adat turun-temurun yang sudah menjadi budaya khas suku dayak Ma’anyan. Aturan – aturan ini bertujuan untuk mengatur hidup masyarakat agar terhindar dari berbagai macam perselisihan dan juga untuk menghindari pencemaran martabat suku dayak Ma’anyan.

Dengan berkembangnya zaman dan dengan masuknya agama katolik ke Kalimantan dan menjangkau suku dayak Ma’anyan maka adat itu disesuaikan dengan hukum gereja. Nilai baik dari aturan – aturan yang baik diambil dan    nilai – nilai yang kurang baiknya dihilangkan maka dari banyak aturan hanya ada beberapa saja seperti di atas adalah sebagian kecil aturan – aturan yang masih dipertahankan.

Aturan – aturan adat istiadat suku dayak Ma’anyan ini dipertahankan hingga sekarang karena sudah disempurnakan dan aturan- aturannya tidak bertentangan dengan norma agama hanya memang ada beberapa yang masih walaupun tidak sesuai tapi dengan alasan tertentu masih dipertahankan.

Upacara adat ini menjadi pengatur dan ciri khas dari suku dayak Ma’anyan pada umumnya.

 

 

Standar

 SEJARAH GEREJA MULA-MULA

SEJARAH GEREJA MULA-MULA

A. LATAR BELAKANG

Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan perintah kepada para murid-Nya untuk pergi ke Yerusalem dan menunggu di sana sampai Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka. Dengan kuasa yang diberikan Roh Kudus itu Yesus berjanji akan memperlengkapi murid-murid-Nya untuk menjadi saksi-saksi, bukan hanya di Yerusalem tapi juga di ke ujung-ujung bumi (Kis. 1:1-11). Janji itu digenapi oleh Kristus dan perintah itu ditaati oleh murid-murid-Nya.

B. PERMULAAN GEREJA

Kata “gereja” atau “jemaat” dalam bahasa Yunani adalah ekklesia; dari kata kaleo, artinya “aku memanggil/memerintahkan”. Secara umum ekklesia diartikan sebagai perkumpulan orang-orang. Tetapi dalam konteks Perjanjian Baru kata ini mengandung arti khusus, yaitu pertemuan orang-orang Kristen sebagai jemaat untuk menyembah kepada Kristus.

Amanat Agung yang diberikan Kristus sebelum kenaikan ke surga (Mat. 28:19-20) betul-betul dengan setia dijalankan oleh murid-murid-Nya. Sebagai hasilnya lahirlah gereja/jemaat baru baik di Yerusalem, Yudea, Samaria dan juga di perbagai tempat di dunia (ujung-ujung dunia).

1. Gereja Di Palestina

a. Gereja pertama lahir di Yerusalem (Kis. 1:8)
b. Petrus dan beberapa murid-murid Tuhan Yesus yang lain membawa Injil ke Yudea (Kis. ps. 1-7).
c. Filipus dan murid-murid yang lain pergi ke Samaria dan sekitarnya (ps. 8).

2. Gereja di luar Palestina

a. Petrus membawa Injil ke Roma.
b. Paulus ke Asia Kecil dan Eropa (Kis. ps. 10-28).
c. Apolos ke Mesir (Kis. ps. 18).
d. Filipus ke Etiopia (Kis. ps. 8).
e. Sebelum tahun 100 M, Injil sudah tersebar ke Siria, Persia, Afrika (Kis. 9).
f. Lalu ke ujung-ujung bumi (Siria, Persia, Gaul, Afrika Utara, Asia & Eropa).

C. PERTUMBUHAN DAN TANTANGAN

Gereja/jemaat yang baru berdiri mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Kuasa Roh Kudus sangat nyata hadir di tengah jemaat. Namun demikian tantangan dan kesulitan juga mewarnai pertumbuhan jemaat mula-mula itu. Tapi luar biasa, justru karena keadaan yang sulit itu gereja semakin berkembang.

1. Agama Negara

Kaisar Agustus mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Salah satu peraturan yang muncul pada masa pemerintahannya adalah menyembah kepada Kaisar sebagai dewa mereka, walaupun mereka masih diijinkan melakukan penyembahan kepada dewa-dewa/kepercayaan asal mereka sendiri.

Namun demikian ada kekecualian untuk orang-orang Yahudi yang mempunyai agama Yudaisme yang menjunjung tinggi monotheisme, mereka tidak diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Hal ini terjadi karena mereka takut kalau orang Yahudi memberontak.

Kehadiran agama Kristen saat itu, pada mulanya dianggap sebagai salah satu sekte agama Yudaisme, itu sebabnya orang-orang Kristen pertama tidak diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Tetapi setelah orang- orang Yahudi secara terbuka memusuhi orang Kristen (puncak peristiwa penyalipan Kristus) barulah pemerintah Romawi melihat kekristenan tidak lagi sebagai sekte Yudaisme tetapi agama baru. Sejak saat itu keharusan menyembah kepada Kaisar pun akhirnya diberlakukan untuk orang-orang Kristen. Kepada mereka yang tidak patuh pada peraturan ini mendapat hukuman dan penganiayaan yang sangat berat.

2. Penganiayaan terhadap orang Kristen.
Salah satu bukti kesetiaan orang Kristen kepada Kristus ditunjukkan dengan secara setia menjalankan pengajaran Alkitab dan menolak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Alkitab. Karena sebab itulah orang-orang Kristen sering harus membayar harga yang mahal demi kepercayaan mereka kepada Kristus, antara lain adalah dengan penganiayaan.

Beberapa penyebab penganiayaan:
a. Karena orang Kristen menolak untuk menyembah Kaisar.
b. Karena orang Kristen dituduh melakukan hal-hal yang menentang kemanusiaan, mis. menolak menjadi tentara, mengajarkan tentang kehancuran dunia, membiarkan perpecahan keluarga, dll.
c. Karena orang Kristen dituduh mempraktekkan immoralitas dan kanibalisme, misalnya melakukan cium kudus, bermabuk-mabukan, dosa inses, makan darah dan daging manusia.

3. Hasil dari penganiayaan.

Memang ada banyak orang Kristen yang mati dalam penganiayaan dan pembunuhan, namun demikian jumlah orang Kristen tidak semakin berkurang malah semakin bertambah banyak.
a. Orang Kristen semakin berani. Sekalipun dianiaya mereka tetap mempertahankan iman mereka (mis. Surat Petrus).
b. Kekristenan semakin menyebar keluar dari Yerusalem, yaitu ke daerah-daerah sekitarnya, dan ke seluruh dunia.
c. Orang-orang Kristen semakin memberi pengaruh dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka betu-betul menjadi saksi yang hidup.

Disalin dari :
http://www.pesta.org/tbiblika

 

 

LAHIRNYA JEMAAT KRISTEN

Sewaktu mereka berkumpul di balik pintu terkunci di Yerusalem pada hari-hari pertama setelah kebangkitan Yesus, para murid mengetahui bahwa lebih mudah berbicara tentang mengubah dunia daripada pergi keluar dan melakukannya. Tetapi tidak lama kemudian, sesuatu terjadi yang bukan hanya mengubah jalan pikiran mereka, tetapi yang juga memberanikan mereka untuk menyampaikan iman mereka dengan cara yang menggoncangkan seluruh dunia Romawi.

Hanya lima puluh hari setelah kematian Yesus, Petrus berdiri di depan suatu kerumunan orang banyak di Yerusalem, dan dengan berani menyatakan kerajaan Allah telah datang, dan Yesuslah Raja dan Mesiasnya. Pada waktu itu Yerusalem penuh dengan peziarah-peziarah yang datang dari seluruh penjuru kekaisaran Roma untuk merayakan Pesta Pentakosta – dan ketika Petrus berbicara, mereka tidak hanya mengerti pemberitaannya tetapi juga, dalam jumlah yang luar biasa besarnya, memberikan respons terhadapnya. Ketika Petrus menyatakan mereka harus menjadi murid-murid Yesus dengan bertobat dari dosa dan menerima hidup baru yang diberikan Allah, tiga ribu orang menerima seruannya dan menyerahkan diri mereka kepada Yesus (Kis. 2:14-42).

Apa yang sesungguhnya telah terjadi sehingga murid-murid Yesus mengalami transformasi dalam hidup mereka? Jawabannya terdapat dalam pembukaan pidato Petrus. Sebab ketika ia berdiri dan berbicara kepada orang banyak itu, Petrus mengingatkan mereka tentang suatu nats Perjanjian Lama yang menggambarkan bahwa datangnya abad baru adalah masa di mana Roh Allah akan bekerja dengan cara baru dalam hidup orang-orang. Sewaktu nabi-nabi Perjanjian Lama memandang ke masa depan, beberapa dari mereka menyadari bahwa masalah manusia tidak pernah akan selesai hingga suatu hubungan baru dijalin antara manusia dan Allah. Dosa dan ketidaktaatan manusia telah mengakibatkan kekacauan, tetapi dalam abad baru Allah tidak hanya menuntut ketaatan – Ia akan memberi mereka kekuatan moral yang baru dan kemampuan untuk menjadi manusia seperti yang dimaksudkan Allah (Yer. 31:31-34). Dalam nubuat Yoel (2:28-32), kekuatan baru untuk hidup ini dihubungkan dengan pemberian Roh Allah – dan Petrus mengambil perikop tersebut sebagai natsnya, serta menyatakan nats tersebut sedang dipenuhi dalam pengalaman murid-murid Yesus. Melalui kematian dan kebangkitan Yesus, orang-orang sekarang dapat mempunyai hubungan baru dengan Allah sendiri. Dari pengalamannya sendiri, Petrus tahu bahwa hal itu benar.

Bagi Petrus dan murid-murid lainnya, hari itu sama seperti hari-hari sebelumnya. Tetapi ketika mereka menghadapi tugas yang begitu besar dan yang tidak mungkin dilaksanakan – yang dipercayakan Yesus kepada mereka, tanpa disangka-sangka suatu kuasa yang memberi hidup masuk ke dalam kehidupan mereka. Kuasa itu merupakan suatu dinamika moral dan spiritual yang memperlengkapi para murid supaya memberi kesaksian tentang iman yang baru. Kuasa itu adalah kuasa Roh Kudus dan akan menjadikan mereka seperti Yesus. Tidaklah mudah menggambarkan dalam kata-kata apa yang mereka alami. Tetapi sebagai akibatnya, kepercayaan mereka yang ragu-ragu dan tidak pasti kepada Yesus dan janji-janji-Nya secara luar biasa diteguhkan. Sejak saat itu dan seterusnya, mereka yakin janji-janji Allah dalam Perjanjian Lama dipenuhi dalam hidup mereka sendiri – dan mereka sangat yakin bahwa Yesus yang hidup ada dan hadir bersama mereka secara unik. Jemaat telah lahir.

Seluruh kehidupan para murid mengalami perombakan sedemikian rupa, sehingga tidak diperlukan argumen lain untuk meyakinkan mereka bahwa pengalaman mereka sehari-hari merupakan akibat langsung dari kuasa dan kehadiran Yesus di dalam hidup mereka. Petrus, Yohanes dan yang lain- lainnya memiliki kuasa guna melakukan tindakan-tindakap hebat dalam nama Yesus (Kis. 2:43; 3:1-10) – dan tentunya Petrus diberikan kemampuan secara tak disangka-sangka untuk berbicara dengan kuasa kepada orang banyak yang berkumpul di Yerusalem.

Sebagai akibat semuanya ini, para rasul dan orang-orang Kristen baru begitu dikuasai oleh cinta-kasih kepada Yesus yang hidup dan kerinduan untuk melayani-Nya, sehingga kebutuhan-kebutuhan kehidupan sehari-hari terlupakan. Orang-orang Kristen selalu “bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa” (Kis. 2:42). Mereka malahan menjual harta mereka dan mengumpulkan hasil penjualan sehingga mereka dapat hidup sebagai suatu persekutuan sejati dari pengikut-pengikut Yesus. Mencari uang bukan lagi merupakan haI yang terpenting dalam hidup. Satu-satunya hal yang penting adalah memuji Allah, dan membawa berita yang-mengubah hidup kepada orang-orang lain (Kis. 2:44,47; 4:32,35).

Jemaat bertumbuh.

Pada hari-hari pertama kehidupan jemaat di Yerusalem, persahabatan terbuka dan gaya hidup sederhana dalam jemaat purba pasti terlihat sebagai menyingsingnya suatu zaman yang baru. Tetapi tidak perlu waktu lama sebelum persoalan-persoalan lain yang lebih rumit muncul, untuk memperingatkan Petrus dan lain-lainnya bahwa kerajaan Allah belum tiba dalam segala kepenuhannya. Persekutuan yang baru tergalang merupakan bukti bahwa umat baru sudah ada. Tetapi seturut berlalunya waktu, ketegangan antara masa sekarang dan masa depan yang begitu fundamental dalam pengajaran Yesus mempunyai dampak yang mengganggu kelanjutan hidup persekutuan kristen yang sedang berkembang. Selama masa hidup Yesus, gerakan mesianik baru yang dibangun-Nya itu pada umumnya hanyalah merupakan bidat setempat dalam agama Yahudi Palestina. Semua murid merupakan orang Yahudi. Walaupun logika pemberitaan dan teladan perilaku Yesus sendiri menunjukkan bahwa orang-orang bukan-Yahudi tidak dikecualikan dari keanggotaan persekutuan, hubungan orang-orang Yahudi dan bukan-Yahudi tidaklah merupakan persoalan besar pada waktu itu. Orang-orang bukan-Yahudi yang bertemu dengan Yesus adalah pribadi-pribadi tersendiri (Mrk. 7:24-30; Luk. 7:1-10). Jumlah mereka tidak besar, dan bagaimanapun juga banyak dari mereka mungkin sekali menghadiri upacara-upacara agama di sinagoge, meskipun mereka belum memeluk agama Yahudi.

Tetapi tidak lama kemudian, para pengikut Yesus dipaksa untuk mencurahkan perhatian besar terhadap seluruh persoalan hubungan antara orang-orang percaya Yahudi dan bukan-Yahudi. Walaupun mereka tidak menyadarinya, peristiwa-peristiwa pada hari Pentakosta yang direkam pada bagian Kisah Para Rasul merupakan suatu peristiwa yang menentukan dalam kehidupan jemaat muda usia itu (Kis. 2). Sebab ketika banyak di Petrus berdiri dan menerangkan ajaran Kristen kepada orang kosmolitan, Yerusalem, ia berhadapan dengan sidang pendengar yang terdiri dari “orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit” (Kis. 2:5). Tentu saja mereka semua menaruh perhatian terhadap agama Yahudi, kalau tidak mereka tidak akan mengadakan perjalanan ke Yerusalem guna menghadiri perayaan keagamaan. Tetapi tidak semua orang bukan-Yahudi di antara mereka sudah menjadi penganut penuh agama Yahudi yang menerima seluruh hukum Yahudi – sedangkan mereka yang berasal dari keluarga Yahudi pun diberbagai tempat dari kekaisaran Roma, mempunyai latar belakang dan pandangan yang agak berlainan dengan orang Yahudi yang dilahirkan dan dibesarkan di Palestina sendiri. Mayoritas dari orang banyak yang mendengar khotbah Petrus pada hari Pentakosta mungkin sekali merupakan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, yang telah berziarah ke Yerusalem dalam rangka pesta agama Yahudi yang besar itu. Banyak dari mereka yang baru untuk pertama kalinya mengunjungi Yerusalem. Walaupun tempat tinggal mereka sangat jauh, mereka selalu menggandrungi Yerusalem serta Bait Allah. Yang merupakan tempat suci pusat agama mereka, sama halnya bagi orang Yahudi yang tinggal di Palestina. Petrus dan murid-murid lainnya tidak ragu-ragu bahwa kabar baik tentang Yesus harus disampaikan juga kepada orang-orang tersebut. Memang, banyak persamaan di antara mereka. Para murid sendiri merupakan pendukung setia dari upacara-upacara ibadah di sinagoge. Mereka juga memelihara pesta-pesta agama Yahudi Yang besar, dan kadang-kadang mereka malahan berkhotbah di pelataran Bait Allah (Kis. 3:1-16). Hal ini merupakan sesuatu yang Yesus sendiri tidak dapat lakukan tanpa kekhawatiran akan akibat-akibatnya, dan walaupun Petrus dan Yohanes kemudian ditangkap dan dituduh di hadapan mahkamah agama Yahudi, mereka segera dibebaskan, dan satu-satunya pembatasan yang dikenakan ke atas mereka adalah supaya “sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus” (Kis. 4:18). Terlepas dari iman mereka kepada Yesus yang terasa aneh, tindak-tanduk mereka pada umumnya dapat diterima oleh para penguasa Yahudi.

Sumber :
John Drane, Memahami Perjanjian Baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996, Halaman : 256 – 259

 

 

GEREJA DI ANTIOKHIA

Kota Antiokhia dibangun oleh Seleukus Nicator dalam tahun 300 Sm. Di bawah pemerintahan raja-raja Seleuk yang pertama ia berkembang dengan pesat. Pada mulanya kota ini sepenuhnya dihuni oleh orang-orang Yunani, namun kemudian orang-orang Siria menetap di luar tembok kota dan akhirnya menyatu dengan kota sejalan dengan perkembangan kota itu. Unsur penduduk yang ketiga adalah orang-orang Yahudi, banyak di antaranya yang merupakan keturunan dari penghuni kota pertama yang didatangkan dari Babilon. Mereka mempunyai hak-hak yang sama dengan orang Yunani dan tetap menjalankan ibadat mereka di sinagoge-sinagoge. Di bawah pemerintahan Romawi, Antiokhia menjadi makmur. Karena merupakan pintu gerbang militer dan perniagaan ke Timur, ia menjadi kota yang terbesar setelah Roma dan Aleksandria.

Tahun berdirinya gereja di Antiokhia tidak dinyatakan dengan jelas. Nampaknya ia berdiri tidak lama setelah kematian Stefanus, mungkin sekitar tahun 33 hingga 40. Untuk mendapatkan ukuran dan reputasi yang cukup berarti hingga dapat menarik perhatian gereja di Yerusalem (11:22) tentu dibutuhkan beberapa waktu. Gereja di Yerusalem mengutus Barnabas untuk mengunjungi Antiokhia, di mana ia bekerja entah selama berapa lama, dan kemudian pergi ke Tarsus untuk meminta Paulus agar menjadi pembantunya (11:22-26). Mereka bekerja bersama-sama selama; sekurang-kurangnya satu tahun setelah itu (11:26) sebelum Agabus meramalkan bahaya kelaparan yang akan menimpa dunia “pada zaman Claudius” (11:28). Makna yang tersirat dalam ayat ini adalah bahwa; ramalan ini diberikan sebelum Claudius naik takhta pada tahun 41, dan bahwa bahaya kelaparan terjadi sesudah itu. Data kronologis lainnya diperoleh dari penyebutan tentang Herodes Agripa I (12:1), yang meninggal dunia pada tahun 44. Mungkin pelayanan di Antiokhia dimulai sekitar tahun 33 hingga 35. Bila dana bantuan kelaparan dikumpulkan sekitar tahun 44, Barnabas pasti telah mulai menjalin hubungannya dengan Antiokhia sekitar tahun 41, yang berarti bahwa Paulus mulai menjalankan tugasnya di sana pada tahun 42.

Meskipun kronologi ini tidak dapat dikatakan pasti, ia cukup sesuai dengan perkembangan kegiatan Paulus yang diketahui. Bila ia menjadi percaya dalam tahun 31 atau katakanlah 32, dan menghabiskan waktu tiga tahun di kawasan Damsyik (Galatia 1:18), ia akan tiba di Yerusalem sebelum tahun 35. Bila ia menghabiskan waktu selama satu atau dua tahun di Yerusalem sebelum kembali ke Tarsus (Kisah 9:28-30), maka ketika Bamabas datang untuk menyertainya dalam tugas barunya ia tentu sudah berkhotbah selama lima tahun di Tarsus dan Kilikia. Nampaknya ada suatu kesenjangan waktu yang cukup besar di sini, tetapi banyak kesenjangan lain dalam karangan Lukas mengenai perkara yang sama pentingnya hingga keadaan ini tidak menjadi sesuatu yang luar biasa.

Gereja di Antiokhia cukup penting, karena ia memiliki beberapa segi yang menonjol. Pertama, ia adalah induk dari gereja bagi bangsa-bangsa lain. Rumah di keluarga Kornelius tidak dapat disebut gereja dalam arti yang sama dengan kelompok umat di Antiokhia, karena ia adalah suatu kelompok keluarga pribadi bukan suatu jemaat umum. Dari gereja Antiokhia berangkatlah misi resmi yang pertama ke dunia yang belum tersentuh Injil. Di Antiokhia dimulailah perdebatan yang pertama tentang status umat Kristen dari bangsa-bangsa lain. Ia merupakan pusat tempat berkumpulnya para pemimpin gereja. Secara bergantian, Petrus, Barnabas, Titus, Yohanes Markus, Yudas Barsabas, Silas, dan bila naskah Barat benar, penulis dari buku ini sendiri, semuanya dihubungkan dengan gereja di Antiokhia. Patut untuk diperhatikan bahwa dapat dikatakan mereka semuanya terlibat dalam misi kepada bangsa-bangsa lain dan disebut-sebut dalam Surat Kiriman Paulus maupun di dalam Kisah Para Rasul.

Kitab-kitab Injil mungkin berasal dari Antiokhia. Kemungkinan hubungan di antara Markus dan Lukas maupun kenyataan pertemuan mereka di Roma barangkali dapat menjawab beberapa masalah yang sering diperdebatkan dalam masalah Sinoptis. Ignatius, uskup di Antiokhia pada akhir abad yang pertama, nampaknya nyaris hanya mengutip dari Matius, ketika ia berbicara mengenai Injil, seolah-olah Injil Matius adalah satu-satunya Injil Sinoptis yang diketahuinya. Streeter mempertahankan pendapatnya secara panjang lebar bahwa Injil Matius berasal dari Antiokhia, karena ia digunakan oleh Ignatius dan di dalam Didakhe (Ajaran Dua Belas Rasul, keduanya menurutnya adalah dokumen-dokumen orang Siria. Bila ketiga Injil Sinoptis menanamkan dasarnya pada suasana yang hidup dalam khotbah lisan gereja di Antiokhia, pelayanan firman mereka kepada dunia dapat dikatakan merupakan warisan dari gereja ini kepada bangsa-bangsa lain yang percaya dari masa yang lalu maupun masa sekarang.

Gereja di Antiokhia juga tersohor karena guru-gurunya. Di antara mereka yang disebut di dalam Kisah Para Rasul 13:1, hanya Barnabas dan Paulus yang baru dikenal dalam beberapa penyebutan belakangan, tetapi pelayanan mereka pasti telah membuat gereja ini terkenal sebagai pusat pengajaran. Jelas sekali bahwa Antiokhia telah mengalahkan Yerusalem sebagai pusat pengajaran Kristen dan sebagai markas misi penginjilan.

Mungkin perkembangan Antiokhia makin dipercepat oleh penindasan Herodes dalam tahun 44. Gereja di Yerusalem selalu dalam keadaan kekurangan dana, karena banyak anggota jemaat yang miskin yang harus selalu ditunjang oleh sumbangan-sumbangan. Bahaya kelaparan itu pasti makin melemahkan mereka, meskipun ada dana sumbangan dari Antiokhia (11:28-30). Penindasan di bawah Herodes mengakibatkan kematian Yakobus, anak Zebedeus (12:2), dan Petrus juga nyaris kehilangan nyawanya (12:17). Kisah selingan dalam 12:1-24 hanya memberikan gambaran sekilas tentang keadaan di Yerusalem, tetapi ia menunjukkan gereja yang tetap setia bertahan meskipun tekanan begitu berat, yang terus berusaha mempertahankan keberadaannya sampai saat yang terakhir.

Fakta yang paling kuat tentang gereja di Antiokhia adalah kesaksian ini. “Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen” (11:26). Sebelum itu orang-orang yang percaya kepada Kristus dianggap sebagai suatu sekte agama Yahudi, tetapi dengan masuknya bangsa-bangsa lain ke dalam kelompok mereka dan dengan makin berkembangnya sistem pengajaran yang sangat berbeda dengan hukum Musa, dunia mulai melihat perbedaan itu dan menyebut mereka dengan julukan yang lebih tepat. “Kristen” berarti “milik Kristus” seperti Herodian berarti “milik Herodes”. Mungkin nama ini dimaksudkan sebagai suatu ejekan, tetapi watak para Rasul dan kesaksian yang mereka sampaikan memberikan arti yang menyanjung.

MISI KEPADA BANGSA-BANGSA LAIN

Pada tahun 46 atau sekitarnya gereja di Antiokhia telah tumbuh menjadi suatu kelompok yang mantap dan aktif. Mereka memperdalam pengetahuannya tentang iman, reputasi mereka sudah tersohor di seluruh kota hingga mereka sudah dianggap sebagai suatu kelas tersendiri sebagai orang-orang Kristen, dan mereka mendukung suatu ekspedisi ke Yerusalem untuk menyampaikan sumbangan bagi mereka yang menderita karena kelaparan. Ketika mereka sedang menjalankan ibadah sebagaimana biasanya, datanglah panggilan untuk meng-“khususkan Barnabas dan Saulus” (13:2) untuk melakukan suatu tugas khusus. Untuk menaati perintah Roh Kudus, gereja mengkhususkan kedua orang ini untuk menjalankan tugas yang baru dan mengutus mereka untuk menjalankan misinya.

Siprus

Tujuan pertama dari kegiatan mereka adalah Siprus, tempat asal Barnabas (4:36). Mungkin gereja mempunyai beberapa kepentingan di sana, karena “orang Siprus” (11:20) termasuk di antara mereka yang pertama-tama mengabarkan Injil di Antiokhia. Barnabas dan Saulus, disertai Yohanes Markus sebagai pembantu mereka, mengunjungi sinagoge-sinagoge dan memberitakan kabar baru di sana. Ketika berselisih dengan Elimas yang berusaha membelokkan iman gubernur, Paulus tampil ke depan. Karena ia tahu akan ilmu-ilmu setan yang dianut Elimas, Paulus mengecamnya di muka umum, dan mengutuknya. Gubernur terpesona melihat hukuman yang segera jatuh pada Elimas, dan “percaya” (13:12).

Tidak ada catatan statistik tentang hasil penginjilan di Siprus, tetapi ada suatu perubahan penting yang terjadi. Dalam Kisah Para Rasul 13:2 kelompok mereka disebut “Barnabas dan Saulus,” yang menempatkan Barnabas pada posisi yang lebih menonjol sebagai penginjil yang lebih senior, dan menyebut Paulus dengan nama Yahudinya. Dalam Kisah Para Rasul 13:13 peristilahan yang dipakai berubah menjadi “Paulus dan kawan-kawannya,” dengan menggunakan nama Yunani Paulus. Dari titik inilah di kisah ini Paulus menjadi tokoh yang paling menonjol. Pelayanan di Siprus mengungkapkan bakat kepemimpinan Paulus dan menempatkannya sebagai pemimpin misi dengan suara bulat.

Dalam periode yang sama ada dua peristiwa lain yang terjadi. Paulus meninggalkan Siprus dan pindah ke Asia Kecil, dan Yohanes Markus mengundurkan diri dari kelompok mereka serta kembali ke Yerusalem. Bagi Paulus ini adalah awal dari proyek penginjilan sedunia untuk mewartakan Injil ke wilayah-wilayah yang belum terjamah. Markus nampaknya seolah-olah telah menyimpang secara tidak benar dari suatu program yang sudah ditetapkan. Apakah ia merasa iri hati karena saudaranya, Barnabas, yang didudukkan di tempat kedua, atau ia merasa takut memasuki wilayah yang liar di pedalaman Asia Kecil, atau ia mempunyai perbedaan prinsip dengan Paulus, tidak pernah diceritakan. Yang jelas ia tidak mau melanjutkan perjalanannya lebih lanjut dan kembali pulang.

Antiokhia di Pisidia

Khotbah Paulus di dalam sinagoge di Antiokhia di Pisidia, dikutip secara panjang lebar oleh Lukas (Kisah 13:16-43). Secara umum gaya pidatonya menyerupai gaya Stefanus, karena ia menggunakan cara pendekatan dengan mengulang kembali sejarah hubungan Allah dengan bangsa Israel. Tema utamanya diperkenalkan dalam ayat 23: “dari keturunannyalah sesuai dengan yang telah dijanjikannya, Allah telah membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus . . . ” Pengembangan tema ini tidak jauh menyimpang dari khotbah-khotbah apostolik yang telah dikutip dalam pasal-pasal Kisah Para Rasul terdahulu, tetapi ketika Paulus tiba pada puncak pidatonya ia mengemukakan suatu unsur yang baru:

Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa. Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa (Kisah 13:38-39).

Meskipun Petrus telah memaklumkan kebangkitan dan pengampunan dari dosa melalui Kristus (2:32, 36, 38; 3:15, 19; 5:30-31; 10:40, 43), baru pertama kali itulah ada orang mengatakan dengan jelas bahwa setiap orang dapat dibenarkan di hadapan Allah hanya karena iman. Dibenarkan berarti dinyatakan benar, atau secara hukum dianggap benar. Jaminan akan keselamatan dapat diperoleh hanya dengan iman kepada . Allah, berarti hukum Taurat akan kehilangan artinya dan menjadi sia-sia.

Ini adalah suatu terobosan yang baru dan berani dalam kebenaran tentang Kristus.

Akibat dari pernyataan ini timbul dua macam reaksi. Di satu pihak ada tanggapan luar biasa atas pidato Paulus, karena “pada hari Sabat berikutnya datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar firman Allah” (13:44). Di lain pihak, orang-orang Yahudi yang menentang mereka penuh dengan perasaan dengki hingga merasa iri hati dan memfitnah (13:45). Akhirnya Paulus menyatakan bahwa ia akan berpaling kepada bangsa-bangsa lain, yang sebagian daripadanya sudah menjadi percaya (13:48). Maka gereja yang baru di Antiokhia di Pisidia tidak berpusat pada orang-orang Yahudi melainkan pada orang-orang bukan Yahudi.

Ikonium, Listra, dan Derbe

Keadaan yang sama terjadi di kota Ikonium, yang terletak agak ke sebelah tenggara dari Antiokhia. Jemaat Kristen yang subur dibangun di dalam sinagoge, tetapi pertentangan pendapat begitu hebat hingga para pengkhotbah diusir dari kota dan bersembunyi di kota-kota sekitarnya, yaitu Listra dan Derbe.

Di Listra Paulus menghadiri orang-orang yang memuja berhala. Imam dewa Zeus yang datang dari luar kota (14:13), ketika melihat bagaimana Paulus menyembuhkan orang lumpuh mengira bahwa Paulus dan Barnabas adalah dewa-dewa yang turun ke bumi, dan mencoba untuk mempersembahkan kurban bagi mereka. Protes keras Paulus terhadap kesalahan ini, menimbulkan gagasan baru bagi metode pendekatannya ke dalam alam pemikiran kafir, yang buta terhadap Perjanjian Lama. Ia dan Barnabas berbicara tentang Allah yang esa yang memberikan “hujan dari langit dan … musim-musim subur” (14:17), suatu titik pertemuan yang dapat diterima oleh para petani sederhana di kawasan itu apakah mereka mempunyai pengetahuan formal tentang teologi atau tidak.

Pelayanan mereka di Listra terputus oleh serangan mendadak dari orang-orang Yahudi yang memusuhi mereka dari Antiokhia di Pisidia dan Ikonium, yang membujuk orang-orang yang kurang berpengetahuan dan mudah terpengaruh itu bahwa Paulus adalah seorang tukang propaganda yang berbahaya. Ia dilempari batu dan diseret ke luar kota seperti orang mati, tetapi ia sadar kembali lalu meninggalkan kota itu menuju ke Derbe untuk mengajar di sana. Setelah menghimpun sejumlah orang percaya di kota itu, Paulus dan Barnabas menoleh kembali kepada jejak-jejak yang mereka tinggalkan, untuk memperkokoh dan membenahi gereja- gereja yang telah mereka bangun. Mereka kembali ke Antiokhia Siria untuk melaporkan apa-apa yang telah diperbuat Allah bersama mereka, dan menunjukkan bagaimana ” . . . ia telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman” (14:27).

Tidaklah berlebih-lebihan bila dikatakan bahwa laporan perjalanan ini sangat penting. Hal ini membawa Paulus ke garis depan sebagai seorang pemimpin gereja, dan menyejajarkannya dengan para rasul (band. Galatia 2:7-9). Ia juga memberikan andil bagi pendidikan Yohanes Markus, meskipun nampaknya ia sudah membuat suatu kegagalan besar. Hubungan awal dengan Timotius mungkin terjadi selama perjalanan ini, karena Paulus berbicara tentang pengalamannya di kawasan ini ketika ia menulis kepada Timotius bertahun-tahun sesudahnya (2Timotius 3:11). Di atas segalanya, ia menandai suatu tolok ukur baru di dalam pemikiran teologis gereja, karena dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam perjalanan ini lahirlah ajaran Paulus tentang pembenaran karena iman.

Sumber :
Merrill C. Tenney Survei Perjanjian Baru, Gandum Mas, Malang, 2000, Halaman : 110 – 116

Standar

SUSUNAN IBADAT HARI MINGGU BIASA

SUSUNAN IBADAT HARI MINGGU BIASA XX

PAROKI SANTO YOSEF KUDANGAN

STASI ST. CLEMENT KARANG MAS

 

  1. LABU PEMBUKA
  2. TANDA SALIB

P. Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus

U. Amin

P. rahmat dari Tuhan Yesus Kristus, Cinta Kasih Allah dan Persekutuan Roh Kudus selalu beserta kita.

P&U. Sekarang dan selama-lamanya.

  1. KATA PENGANTAR

Selamat pagi bapa ibu yang terkasih di dalam Tuha kita Yesus Kristus. Kita boleh bersyukur atas rahmat kasih karunia yang tuhan limpahkan dalam hidup kita, sehingga kita boleh berkumpul ditempat ini untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan. Bagi Tuhan hanya ada satu kekayaan yang sejati yakni Cinta Kasih dan manusia yang kaya dihadapan Tuhan adalah manusia yang kaya akan cinta kasih. Justru disinilah kita sering mengalami pada diri kita sendiri suatu kemiskinan: miskin akan Cinta Kasih akan Allah dan manusia. Inilah alasan bagi kita untuk dengan rendah hati memohon ampun dari Tuhan atas dosa-dosa kita. Sadar baha kita adalah manusia yang lemah dan tak luput dari salah dan dosa maka marilah kita denga rendah hati mengakuinya dihadapan Tuhan dan sesama kita..

  1. TOBAT

U. Saya mengaku, kepada Allah yang Mahakuasa dan kepada saudara sekalian, bahwa saya telah berdosa dengan pikiran dan perkataan dengan perbuatan dan kelalaian. Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa. Oleh karena itu saya mohon kepada St. Perawan Maria, kepada para malaikat dan orang kudus dan kepada saudara sekalian, supaya mendoakan saya kepada Allah Tuhan kita.

P. smoga Allah yang memandang dan memperhatikan kita serta memberikan pengampunan dossa dan damai sejahtera kepada kita. Amin.

  1. TUHAN KASIHANILAH KAMI

P&U. Tuhan Kasihanilah kami 2x

P&U. Kristus kasihanilah kami 2x

P&U. Tuhan Kasihanilah kami 2x

  1. KEMULIAAN : MB
  2. DOA PEMBUKA

Allah yang Mahakuasa, puteraMu datang membawa api kedunia, dan Ia meginginkan api itu menyala. Semoga kami diperkenankan ambil bagian dalam semangat dan perjuangan Yesus, sehingga dalam diri kami pun cita-cita yesus dapat terpenuhi. Dialah Tuhan dan pengantara kami yag bersama dikau dan persekutuan Roh Kudus kini dan selamanya. Amin.

  1. SABDA TUHAN

 

Bacaan pertama dari Kitab Yeremia                                                   Yer 36:4-6,8-10

Jadi Yeremia memanggil Barukh bin Neria, lalu Barukh menuliskan dalam kitab gulungan itu langsung dari mulut Yeremia segala perkataan yang telah difirmankan TUHAN kepadanya. Pada suatu kali Yeremia memberi perintah kepada Barukh: “Aku ini berhalangan, tidak dapat pergi ke rumah TUHAN. Jadi pada hari puasa engkaulah yang pergi membacakan perkataan-perkataan TUHAN kepada orang banyak di rumah TUHAN dari gulungan yang kautuliskan langsung dari mulutku itu; kepada segenap orang Yehuda yang datang dari kota-kotanya haruslah kaubacakannya juga. Lalu Barukh bin Neria melakukan tepat seperti yang diperintahkan kepadanya oleh nabi Yeremia untuk membacakan perkataan-perkataan TUHAN dari kitab itu di rumah TUHAN. Adapun dalam tahun yang kelima pemerintahan Yoyakim bin Yosia, raja Yehuda, dalam bulan yang kesembilan, orang telah memaklumkan puasa di hadapan TUHAN bagi segenap rakyat di Yerusalem dan bagi segenap rakyat yang telah datang dari kota-kota Yehuda ke Yerusalem. Maka Barukh membacakan kepada segenap rakyat perkataan Yeremia dari kitab itu, di rumah TUHAN, di kamar Gemarya anak panitera Safan, di pelataran atas di muka pintu gerbang baru dari rumah TUHAN.

 

MAZMUR TANGGAPAN/LAGU ANTAR BACAAN : MB

 

Bacaan kedua dari Surat rasul Paulus kepada Orang Ibrani                           Ibr 12:1-4

 

Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.

 

BACAAN INJIL

P. Semoga Tuhan Beserta kita

U. Sekarang dan selama-lamanya

P. Inilah Injil Tuhan kita Yesus Kristus menurut St. Lukas

U. Dimuliakanlah Tuhan

                                                                                                                        Luk 12:49-53

 

“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya.”

Demikianlah injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus

 

  1. HOMILI

Semoga sabda Tuhan ini mampu meneguhkan iman dan harapan kita…

  • SYAHADAT PARA RASUL

P. saudara saudari yang terkasih di dalam Nama Tuhan kita Yesus Kristus. Setelah tadi kit disegarkan oleh firman Tuhan. Maka marilah kita menguatkan iman dan kepercayaan kita kepada Tuhan dengan mengucapkan doa Aku percaya.

P&U. Saya mengaku……..

  1. DOA UMAT

 

  1. DOA PUJIAN MASA BIASA 
  2. Saudara-saudari yang terkasih, Allah itu amat baik hati bagi segenap umatNya. Dari sejarah keselamatan menjadi jelas betapa besarnya usaha Allah Untuk menyelamatkan kita. Maka marilah kita memuji Dia:
  3. Terpujilah Engkau di surga
  4. Terpujilah Engkau di surga
  5. Ya Allah Engkau menghendaki agar semua orang mengenal kebenaran dan menjadi selamat. Untuk itu, berulang kali Engkau berbicara kepada nenek moyang kami dengan perantaraan para nabi. Maka kami memuji dikau.
  6. Terpujilah Engkau di surga
  7. Ketika kegenapan masa tiba. Engkau mengutus puteraMu menjadi manusia. Dialah yang membawa kabar gembira kepada orang miskin. Dialah yang menyembuhkan orang yang remuk redam hatinya. Dialah pengantara kami. Sehingga kami dapat kembali kepadaMu. Maka kami memuji Engkau.
  8. Terpujilah Engkau disurga
  9. kebaikanMu nampak paling nyata dalam peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan puteraMu. Peristiwa paskah inilah yang Kau jadikan sumber keselamatan kami. Maka Kami memuji dikau.
  10. Terpujilah Engkau di surga
  11. Engkau tetap setia mendampingi kami dalam hidup setiap hari. Engkau hadir disaat kami berkumpul dalam namaMu. Engkau hadir didalam perayaan-perayaan sakramen. Engkau hadir dan bersabda bahwa Kitab Suci dibacakan. Engkau juga hadir bila kami memuji dan berdoa kepadaMu. Maka kami memuji dikau.
  12. Terpujilah Engkau di surga
  13. Engkau selalu menawarkan pengampunan kepada setiap orang yang bertobat dan kepada mereka yang tugasnya sudah selesai di dunia ini, Engkau menyediakan tempat dlam rumahMu yang abadi. Maka kami memuji dikau.
  14. Terpujilah Engkau di surga

Karena kebaikanMu itu, ya Bapa kami bersuka cita dan bersama seluruh umatMu yang berhimpun sepanjang sejarah keselamatang, kami melambungkan kidung pujian bagiMu dengan bernyani.

  1. KUDUS

Kudus, kudus, kuduslah Tuhan,Allah segala kuasa. Surga dan Bumi penuh kemuliaanMu. Terpujilah Engkau di surga. Terberatilah yang datang atas nama Tuhan terpujilah Engkau di surga.

 

  1. DOA PERSEKUTUAN ANGOTA TUBUH KRISTUS
  2. Ya Tuhan Yesus, terdorong oleh Cinta kasihMu, Engkau telah mengurbankan diri di Kayu salib untuk menyelamatkan dunia. Demi cintaMu. Ya Tuhan kasihanilah GerejaMu. Pelihara dan kuduskanlah semua anggotanya. Berkatilah Bpa. Suci …. Uskup…serta para imam. Berilah mereka kekuatan untuk meunjukkan diri sebagai gembala yang baik dalam hidup dan karya mereka. Berkatilah juga semua orag yang diberi tanggung jawab dalam GerejaMu. Juwailah mereka dengan kasihMu dan berkatilah mereka agar berusaha demi kesejahteraan dan keselamatan umatMu. Teristimewa, bantulah mereka yang menjadi tali pengikat untuk perekutuan jemaat. Ya Yesus kasihanilah seluruh umat kesayanganMu. Arahkanlah hati kami kepada Bapa di surga da bantulah kami siap sedia melaksanakan kehendaknya. Ajarilah kepada kami kebaikan, kelembutan hati, dan kesabaran seorang terhadap yang lain, semoga dengan semangat ini, kami dapat mewujudkan perekutuan tubuh Kristus di dunia ini sebagai ungkapan rasa syukur kami kepadaMu. Sebab Engkaulah Tuhan kini dan sepanjang segala masa.
  3. PERSEMBAHAN
  4. LAGU PERSEMBAHAN : MB
  5. DOA PERSEMBAHAN
  6. Bapa, yang penuh kuasa dan kekal. ciptaanMu sungguh indah dan sempurna. Sehingga dari kesempurnaan itu engkau berikan kepada kami, untuk kami gunakan dan pelihara. Agar ciptaanMu itu menjadi indah dan sempurna. Dengan kesempurnaan itu, kami persembahkan sebagian dari hasil ciptaanMu. Semoga berguna untuk memuliakan namaMu. Demi kristus Tuhan kami. Amin.
  7. SALAM DAMAI
  8. BAPA KAMI
  9. Saudara saudari yang terkasih, kita telah menerima Roh Kudus yang mejadikan kita putra-putri Allah. Kama dengan kuasa roh Alah itu kita berani berdoa seperti yang diajarkan Yesus sendiri kepada para muridNya….Bapa Kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu diatas bumi seperti didalam surga.Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.Dan janganlah masukan kami kedalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Amin.
  10. DOA PENUTUP

Allah, Bapa Mahapencipta, dalam diri kami, kami mengalami pergulatan antara yang baik dan jahat. Semoga atas berkat dan bantuanMu, kami tidak pernah menyerah kepada yang jahat. Sebaliknya semoga rahmat dan berkatMu dalam diri kami menghasilkan kemenangan atas segala kejahatan. Dengan pengantaraan kristus Tuhan kami. Amin.

  1. PENGUMUMAN
  2. BERKAT PENUTUP
  3. Tuhan beserta kita
  4. Sekarang dan selama-lamanya
  5. Semoga saudara sekalian, keluarga dan semua orang yang kita doakan dalam intensi ibadat ini senatiasa dibimbing da diberkati oleh rahmat Allah yang Mahakuasa (+) Bapa, Putra dan Roh Kudus

PERUTUSAN

Saudara-saudari yang terkasih, dengan ini ibadat sabda kita telah selesai

Syukur kepada Allah

Marilah kita menjadi pelaksana sabda Tuhan, bukan hanya pendengar dan selalu diliputi oleh damai dari Tuhan.

Amin

LAGU PENUTUP

 

 

Standar

Katekese Tentang Sakramentali

  1. Doa Pembuka
  2. Pengantar
  3. Materi
  4. Pengertian Sakramentali Secara Etimologis
  • Apa itu Sakramen?

Sakramen adalah tanda yang mendatangkan rahmat Allah dan memberikan kehidupan ilahi kepada kita, yang telah ditetapkan Kristus dan dipercayakan kepada Gereja-Nya. Sakramen-sakramen yang dirayakan dengan pantas dalam iman, memberikan rahmat yang mereka nyatakan. Sakramen itu menjadi berdaya guna karena Kristus sendiri bekerja di dalamnya. Yesus sendirilah yang bertindak dalam sakramen-sakramen-Nya untuk membagi-bagikan rahmat yang dinyatakan oleh Sakramen. Gereja sendiri mengajarkan bahwa Sakramen adalah karya penyelamatan Yesus Kristus yang dimaksudkan untuk membantu anggota Gereja dalam perjalanan iman mereka menuju kehidupan kekal.

Secara singkat sakramen berarti tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan. Di dalam Gereja ada tujuh sakramen: pembaptisan, penguatan, Ekaristi, pengakuan, pengurapan orang sakit, pentahbisan, dan perkawinan. Seluruh kehidupan liturgi Gereja berkisar di sekeliling kurban Ekaristi dan sakramen-sakramen (SC 6).

  • Apa itu sakramentali?

Sakramentali (Latin: sacramentalia = semacam sakramen) adalah benda-benda suci (seperti rosario, medali, patung, skapulir, air suci, dsbnya) atau tindakan-tindakan (seperti berkat seorang pastor atau uskup) yang mendatangkan rahmat dan kemurahan Tuhan bagi kita melalui doa-doa Gereja. Benda-benda suci menjadi sakramentali setelah seorang pastor atau uskup memberkatinya. Salah satu sakramentali yang harus kita gunakan setiap kali kita hendak masuk atau keluar gereja adalah air suci. Air suci tersebut berguna untuk mengingatkan kita akan Pembaptisan kita dan sebagai senjata yang ampuh melawan kejahatan. Jika kita menggunakan atau mengenakan sakramentali dengan maksud yang baik, kita bisa memperoleh banyak keuntungan, misalnya bertambahnya persekutuan kita dengan Tuhan, pengampunan dosa-dosa ringan, perlindungan dari roh-roh jahat, pembatalan hukuman sementara karena dosa, dan banyak lagi berkat jasmani maupun rohani! Sungguh, suatu rahmat yang luar biasa dari Tuhan! Namun demikian, kita harus berhati-hati untuk tidak mempergunakan i sakramentali sebagai jimat keberuntungan. Itu adalah dosa dan takhayul. Sakramentali harus digunakan dengan iman, kasih dan pengertian penuh bahwa semua berkat serta rahmat hanya datang dari Tuhan saja. Mari kita menggunakan sakramentali dengan benar karena sakramentali dapat membantu kita hidup kudus, yang merupakan tujuan hidup kita yang sebenarnya!

Sakramentali adalah sarana untuk mengingat kehadiran Allah dalam kehidupan manusia. Contoh sakramentali adalah Gambar, Patung, dan medali Yesus maupun orang-orang kudus. Ibadat-Ibadat Sabda dan doa-doa liturgis juga menjadi bentuk nyata dari Sakramentali. Sebagai pengingat, krn manusia sering lupa bahwa ia sudah memiliki dan dimiliki oleh Kristus, manusia bisa lupa tetapi Kristus tidak.

SAKRAMENTALI

Gereja mengenal istilah sakramen dan sakramentali. Sakramentali secara harafiah berarti “seperti sakramen”, yaitu tanda kehadiran Allah selain ketujuh sakramen. Perbedaan mencolok antara sakramen dan sakramentali adalah pada hakikatnya. Ketujuh sakramen mengungkapkan hakikat Gereja, dalam ketujuh sakramen inilah Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus secara jelas dan nyata ditampakkan. Maka pemimpin liturgi untuk sakramen juga bukanlah orang sembarangan, haruslah imam tertahbis. Ini berbeda dengan sakramentali dimana bahkan seorang awam boleh memimpin liturgi sakramentali, walaupun ada pengecualian untuk beberapa sakramentali yang memerlukan berkat dari uskup seperti pentahbisan pemimpin biara.

  1. Sakramentali dalam Katekismus Gereja Katolik

Katekismus Gereja Katolik nomor 1667-1679 secara khusus membahas sakramentali. Beberapa poin penting diantaranya:

  • Gereja mengadakan sakramentali untuk menguduskan jabatan gerejani tertentu, status hidup tertentu, aneka ragam keadaan hidup Kristen serta penggunaan benda-benda yang bermanfaat bagi manusia. (KGK 1668)
  • Sakramentali termasuk wewenang imamat semua orang yang dibaptis: setiap orang yang dibaptis dipanggil untuk menjadi berkat dan untuk memberkati
  • Sakramentali tidak memberi rahmat Roh Kudus seperti sakramen, tetapi hanya mempersiapakn oleh doa Gereja, supaya menerima rahmat dan bekerja sama dengannya (KGK 1670)
  1. Jenis-jenis Sakramentali

Aneka ragam bentuk sakramentali (KGK 1671-1673) akan dijabarkan di bawah.

1. Benedictiones invocative

Pemberkatan sakramentali benedictiones invocative ialah pemberkatan yang tidak mengubah status atau tujuan penggunaan dari yang diberkati. Artinya, segala upacara atau ibadat pemberkatan, dimana yang yang diberkati itu, entah diri manusia entah benda/barang tertentu, tidak mengalami perubahan status atau perubahan tujuan penggunaannya. Hampir semua ibadat berkat masuk di sini. Objek atau apa yang diberkati bisa berupa orang atau diri manusia dan bisa juga barang atau benda. Contoh pemberkatan atas manusia: pemberkatan dahi anak dengan tanda salib, pemberkatan orang sakit, pemberkatan jenazah, pemberkatan keluarga, dll. Orang-orang yang diberkati ini tidak mengalami perubahan status, namun jelas memperoleh kurnia rohani yang berupa perlindungan Allah yang dimohon oleh Gereja dalam upacara sakramentali. Contoh pemberkatan atas benda/barang: pemberkatan rumah, toko, sekoalh, rumah sakit, sawah, benih, kandang, dll. Benda-benda yang diberkati ini tidak mengalami perubahan status, khususnya tidak disebut “barang suci” sesudah diberkati.
2. Benedictiones constitutivae, consecratio, dedicatio

Pemberkatan jenis ini mengubah status atau tujuan penggunaan dari yang diberkati. Maksudnya, begitu diberkati maka orang atau benda sudah dikhususkan untuk Allah. Benedictiones constitutivae, artinya: segala upacara atau ibadat, dimana yang diberkati itu, entah diri manusia entah benda/barang tertentu, mengalami perubahan status atau perubahan tujuan penggunaannya. Pemberkatan ini membuat yang diberkati itu dikhususkan untuk penggunaan yang bersifat religius atau berhubungan dengan Tuhan. Simbolisasi yang digunakan untuk pemberkatan di sini bisa berupa minyak tertentu, air suci, doa tertentu atau berkat berupa tanda salib.
Contoh atas orang: pentahbisan abas/abdis, pengikraran kaul biarawan/biarawati, pengudusan perawan. Contoh atas benda/barang: pemberkatan benda-benda liturgi (busana liturgi, organ, perlengkapan misa), dan pemberkatan salib, rosario, medali, patung suci, lukisan suci, benda-benda devosi, dll. Consecratio, biasanya diterjemahkan dengan konsekrasi atau pentahbisan. Dalam KHK istilah pentahbisan dalam arti consecratio ini hanya ditujukan pada pentahbisan seseorang atau manusia dan bukan atas barang, yang ciri khasnya menggunakan minyak krisma. Praktik consecratio ini sudah masuk pada liturgi sakramen tahbisan, yakni tahbisan uskup dan imam, dimana orang yang ditahbiskan itu mengalami perubahan status dan perubahan itu ditandai dengan pengurapan minyak krisma. Jadi bisa dibilang tindakan ini adalah tindakan sakramentali yang diadakan di suatu liturgi sakramen. Dedicatio, biasa diterjemahkan dengan pengudusan atau pembaktian atau juga, pemberkatan (catatan kotjokotjo: terjemahan resmi KWI untuk dedicatio adalah DEDIKASI ). Dedicatio berarti pemberkatan atau penyucian untuk suatu benda atau barang yang membawa akibat bahwa benda atau barang itu dikuduskan atau dipersembahkan kepada Allah sehingga tidak bisa lagi digunakan untuk tujuan profan. Simbolisasi dedicatio adalah pengolesan mintak krisma pada benda atau barang itu. Contoh dedicatio adalah pemberkatan gedung gereja dan altar, dimana setelah diberkati gereja dan altar tidak boleh digunakan untuk tujuan lain selain untuk keperluan liturgis dan ibadat.

3. Eksorsisme

Eksorsisme imprekatoris, berarti pengusiran setan dengan perintah. Ini jenis pengusiran setan melalui suatu rumusan yang eksplisit mengucapkan perintah pengusiran atau memerintahkan agar setan keluar dari seseorang atau suatu benda. Ibadat dan doa eksorsisme yang dengan perintah ini tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang. Orang ini haruslah seorang imam yang “saleh, ahli, bijaksana, serta tidak tercela hidupnya”, dan ijinnya diberikan oleh ordinaris wilayah, misalnya uskup setempat (KHK 1172). Ini aturan yang penting agar tidak asal setiap orang merasa mampu dan berhak untuk mengusir setan.

Eksorsisme deprekatoris, yaitu pengusiran setan dengan doa permohonan. Ini lebih merupakan suatu doa yang memohon agar Tuhan menjauhkan seseorang atau suatu benda dari penguasaan setan atau kuasa jahat. Pengusiran setan jenis ini jauh lebih halus dan lembut dan lebih biasa kita jumpai, secara khusus dalam upacara-upacara tobat (scrutinia) pada para katekumen atau calon baptis. Scrutinia ini intinya berupa doa pembebasan agar orang-orang yang dibaptis itu dibebaskan oleh kuasa Allah dari kuasa jahat, dan mampu meninggalkan segala kebiasaan yang tidak baik untuk bisa memasuki kehidupan baru sebagai anak-anak Allah saat dibaptis nanti. Sakramentali ialah tanda-tanda suci, yang memiliki kemiripan dengan sakramen-sakramen dan menandakan kurnia-kurnia, terutama yang bersifat rohani, dan yang diperoleh berkat doa permohonan Gereja (bdk SC 60). Istilah sakramentali muncul pada abad XII (pada tulisan Petrus Lombardus), bersamaan dengan pembakuan istilah sakramen bagi ketujuh ritus Gereja.

  1. Sakramentali Terarah dan Bersumber pada Sakramen

Sakramentali sebagai tanda suci berhubungan erat dengan sakramen. Konstitusi Liturgi menyatakan bahwa sakramentali memiliki kemiripan dengan sakramen. Sakramentali dalam arti tertentu menghadirkan perayaan sakramen Gereja. Perayaan sakramentali adalah perayaan kerinduan akan sakramen dan perayaan yang diarahkan kepada perayaan sakramen. Perayaan sakramentali dapat mengantar dan mempersiapkan orang beriman kepada sakramen-sakramen Gereja. Dengan sakramentali, misteri yang dirayakan dalam sakramen semakin diperjelas dan disposisi umat bagi penerimaan sakramen dipersiapkan secara optimal. Hal ini tampak pada berbagai upacara sakramentali. Pemberkatan air suci, pemberkatan dengan tanda salib pada dahi anak-anak atau katekumen merupakan upacara dalam rangka menuju atau mengenangkan sakramen baptis; pemberkatan roti, buah atau doa sebelum dan sesudah makan berhubungan dengan sakramen Ekaristi; berbagai doa untuk orang sakit merupakan kerinduan dan perwujudan sakramen pengurapan orang sakit; upacara pertunangan merupakan perayaan kerinduan akan sakramen perkawinan; upacara tobat terarah pada sakramen tobat.

  1. Sakramentali sebagai Doa Permohonan Gereja

Sakramentali dibedakan dengan sakramen menurut daya guna atau akibat sakramentalnya. Daya guna sakramen terjadi secara ex opere operate (berkat tindakan yang dilakukan oleh Kristus). Artinya, sakramen pertama-tama tindakan Kristus. Dalam sakramen, Kristuslah yang melayani dan menguduskan si penerima. Jadi, dengan istilah ex opere operate ini mau ditekankan bahwa sakramen merupakan karya Allah dan bukan usaha manusia. Karya Allah ini tidak bersangkut paut dengan keadaaan moral si pelayan. Lepas dari disposisi dan keadaan si pelayan manusia, sakramen tetap berlangsung dan berdaya guna. Misalnya, meskipun imam yang memimpin misa itu berdosa, tetapi Perayaan Ekaristi yang dirayakan tetap sah dan di sana benar-benar terjadi Tubuh dan Darah Kristus karena Kristuslah yang berkarya.

Berbeda dengan sakramen, daya guna sakramentali terjadi secara ex opere operantis (berkat tindakan manusia yang mengerjakan). Itu berarti sakramentali pertama-tama karya, tindakan dan usaha manusia, yaitu Gereja. Sakramentali adalah doa permohonan Gereja agar Allah memberkati dan menguduskan orang atau benda itu. Kalau dalam sakramen rahmat pengudusan terjadi secara tidak tergantung pada disposisi dan usaha si pelayan manusia, dalam sakramentali pemberkatan dan pengudusan itu terjadi sejauh itu dimohonkan oleh Gereja.

Sakramentali dipahami Gereja tidak secara magis, bahwa seolah-olah sesudah orang atau barang itu diberkati, maka orang atau barang itu menjadi sakti. Dengan ungkapan sakramentali sebagai “doa permohonan Gereja” itu, mau dinyatakan bahwa orang atau barang yang diberkati oleh Allah melalui doa permohonan Gereja kini memiliki arah dan nilai baru yang terarahkan kepada Allah Sang Pencipta dan Penebus.

  1. Pelayan Sakramentali

Pelayan sakramentali tidak harus seorang klerus atau orang tertahbis, tetapi dapat juga awam. Pelayan awam dalam upacara sakramentali dimungkinkan atas dasar imamat umum yang diperolehnya dalam sakramen baptis dan krisma. Lain halnya dengan sakramen, pelayan sakramen (kecuali baptisan darurat) adalah pimpinan jemaat yang resmi, yaitu uskup, imam, diakon, sebab dalam sakramen ditampakkan dan dilaksanakan hakikat dan diri Gereja sendiri.

  1. Struktur Pokok Upacara Sakramentali

Struktur dasar upacara pemberkatan dan sakramentali terdiri atas dua unsur pokok yang harus selalu ada, yaitu anamnese dan epiklese. Struktur anamnesis memberi dasar seluruh perayaan, yaitu kenangan akan karya keselamatan Allah dalam Kristus. Kenangan itu merangkum pujian dan syukur. Sedangkan, struktur epiklesis memberi orientasi doa permohonan Gereja, yakni doa seruan akan kedatangan Roh Kudus agar Roh Kudus memberkati dan menguduskan orang atau barang itu. Justru dengan struktur epiklesis perayaan liturgi dan sakramentali dijamin dari penyelewengan praktek magis.

Ada beraneka ragam jenis sakrarnentali. Misalnya pentahbisan abas, segala macam ibadat berkat, pengusiran setan, prosesi, berbagai ibadat dan doa.

  1. Pandangan umum tentang sakramentali

1. NAMA dan ARTI

Istilah sakramentali dapat berubah artinya yang tepat sesuai dengan titik tolak orang yang mengangkatnya untuk membentuk teologi sakramen. Istilah sakramentali yang dikemukakan di sini diambil dari kitab hukum kanonik yang dipakai masa kini di dunia Barat: Tanda suci yang dengan cara yang mirip sakramen, menandakan hasil-hasil, terlebih yang rohani, yang diperoleh berkat doa permohonan gereja (KHK 1166) . KL 60 menggambarkan tentang sakramentali demikian: … tanda-tanda suci, yang memiliki kemiripan dengan sakramen-sakramen. Sakramentali itu menandakan kurnia-kurnia, terutama yang bersifat rohani, dan yang diperoleh berkat doa permohonan gereja. Melalui sakramentali itu hati manusia disiapkan untuk menerima buah utama sakramen-sakramen, dan pelbagai situasi hidup disucikan . Jelas bahwa penjelasan konsili ini (KL=’kanon lama’) telah mempengaruhi KHK bukan sebaliknya . Selain gambaran demikian, ada pula yang menyebut sakramentali sebagai “minor sacraments” / sakramen-sakramen kecil, karena sering dilihat sebagai tambahan yang penting bagi sakramen. Dan yang memberikan nama demikian adalah Hugh dari st. Victor . Nama yang sama diberikan oleh Petrus Lombardus di abad ke XII. Pengertian baru ini (sebagai tanda-tanda suci) baru muncul sesudah pengertian sakramen dipertegas dan dipersempit
Dalam konteks ini, kata sakramentali pertama-tama berhubungan dengan “tanda” yang berupa benda atau doa atau tindakan yang mempersiapkan kesempatan untuk pertemuan personal dan pertemuan yang berahmat dengan Kristus. Sakramentali itu berhubungan dengan sakramen. Ia bukannya suatu sakramen tetapi ia memberikan kemungkinan bagi orang kristen untuk dirahmati sebagai konsekwensi atau dari doa gereja atau pula dari doa pribadi yang dsetujui oleh gereja. Dapat dicontohkan seperti air berkat, cincin yang diberkati pada waktu pernikahan, doa permohonan orang tua untuk memohon berkat bagi anak-anaknya dan lain-lain.

2. Peranan

Ia tidak diinstitusikan oleh Kristus, melainkan oleh gereja; Juga tidak bekerja ex opere operato seperti perayaan sakramen, namun sakramentali tidak boleh disepelekan atau dikesampingkan. Kebutuhan hidup rohani tidak dapat dipenuhi seutuhnya dalam partisipasi dalam perayaan sakramen. Sakramentali dalam hal itu berperanan penting terutama untuk melengkapi dan memperluas hasil perayaan sakramen. Ada banyak situasi hidup orang, kelompok, komunitas yang tidak dapat dijangkau hanya dengan merayakan tujuh sakramen. Seperti hidup membiara, pemberkatan rumah baru, dedikasi gereja. Dalam semua situasi konkrit itu sangat dibutuhkan permohonan gereja akan kehadiran Tuhan serta demi rahmat khusus. Karena itu, ketika menerangkan hakekat dan maksud sakramentali yang dipinjam dari KHK tahun 1917, KL 60 menyatakan bahwa sakramentali itu menandakan hasil-hasil, khususnya yang rohani, yang diperoleh lewat permohonan gereja. Sakramentali mempersiapkan umat untuk mengalami hasil utama perayaan sakramen, dan menguduskan berbagai kesempatan dalam hidup manusia seperti tersebut di atas .

3. Pemahaman KL:

Ada perbedaan pemahaman lama dan yang kini tentang sakramentali. Dalam kanon lama, sakramentali digambarkan lebih sebagai benda atau tindakan; Sedangkan KL menggambarkannya sebagai tanda. Dalam hal ini konsili memasukkan istilah “signum (kata benda), significare (kata kerja)” yang berarti ‘tanda dan menandakan’, sehingga sakramentali itu didekatkan pada sakramen yang sesungguhnya . Istilah sacramentale yang dipakai KL, mempunyai akar kata yang sama dengan sakramen (sacramentale dan sacramentum), sehingga masuk akal kalau kita dapat menyimpulkan bahwa KL lebih memberi tekanan pada sakramentali sebagai tindakan atau perayaan. Disebutkan bahwa sakramentali itu tanda-tanda umum (in genere signi) . Karena sakramentali itu lebih merupakan kegiatan liturgis dari komunitas yang berliturgi, maka ada yang melihat sakramentali itu sebagai doa gereja. Doa gereja itu adalah doa permohonan; Ia merupakan doa yang berurat berakar dalam penyelamatan Allah sebagaimana ditegaskan dalam Rm 8:26. Dalam hal ini yang berdoa adalah Roh Kudus yang berdoa dalam gereja. Roh Kudus itulah yang menyanggupkan gereja untuk berdoa. Doa gereja itu menjadi dimensi kelihatan dari doa Roh Kudus. Doa itu ditujukan kepada Allah Bapa dalam/dengan perantaraan Kristus . Karena alasan itu maka KL 79 menegaskan bahwa “hendaknya sakramentali ditinjau kembali dengan mengindahkan kaidah-kaidah dasar tentang keikutsertaan kaum beriman secara sadar dan aktif dan dengan mudah dan dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan umat zaman kita”. Dengan kata lain, sakramentali adalah perayaan liturgis. Tentu saja benda-benda tertentu dapat disebut juga sakramentali, sejauh dimanfaatkan dalam perayaan liturgis, seperti air berkat, lilin, abu (Rabu Abu), palma yang dipakai dalam perayaan bersangkutan. Sedangkan medali-medali dan rosario agaknya kurang dinamakan sakramentali karena tidak mempunyai peranan dalam perayaan liturgi .

Seorang teolog-liturgis yang berbicara panjang lebar tentang sakramentali (C. Vagaggini) membedakan dua tipe sakramentali yakni sakramentali yang berupa benda dan yang berupa tindakan. Ia menyatakan bahwa sakramentali yang berupa benda adalah yang dipakai dalam perayaan dan masih ada, sesudah perayaan berlangsung seperti air berkat, lilin yang diberkati, palma yang sudah diberkati, abu yang sudah diberkati pada hari Rabu Abu. Sedangkan sakramentali yang berupa tindakan adalah yang selesai (tidak ada lagi) sesudah perayaan dilaksanakan. Kita dapat memahami keserupaan khusus antara benda yang digunakan dalam perayaan sakramentali dengan elemen-elemen seperti air dan minyak dalam perayaan sakramen. Ternyata tradisi menyebut air baptis, minyak Krisma, minyak orang sakit dan minyak katekumen sebagai sakramen meskipun sakramen itu sendiri terdiri dari perayaan liturgis atau kegiatan ritual.

Perbedaan lainnya demikian: definisi konsili (KL) melihat sakramentali lebih dekat pada sakramen. Sakramentali tidak hanya menyerupai sakramen, tetapi juga mempunyai fungsi untuk mempersiapkan umat untuk mengalami hasil perayaan sakramen. Ternyata KL menghubungkan sakramentali dengan sakramen dan menguraikan keduanya dalam bab yang sama. KL 61;62;63 merupakan artikel-artikel pembuka/pendahuluan yang berbicara tentang sakramen dan sakramentali. Ketika ada anjuran untuk membicarakan tema sakramentali terpisah dari sakramen dalam konsili, ternyata komisi konsili tidak setuju karena berpendapat bahwa pada dasarnya keduanya sama: sakramentali berhubungan erat dengan sakramen. Keduanya harus dibahas dalam judul yang sama.

Perbedaan ketiga demikian: KL menyebut secara eksplisit tentang daya menguduskan dari sakramentali bahwa ia menguduskan berbagai kesempatan dalam hidup manusia. C. Vagaggini menegaskan bahwa sakramentali dalam arti sempit terdiri dari satu doa permohonan gereja dan dalam sangtifikasi yang diberikan Allah karena doa gereja itu. Hal ini ditegaskan dalam KL 61: Bagi kaum beriman yang sungguh-sungguh siap, hampir setiap peristiwa dikuduskan dengan rahmat ilahi yang mengalir dari misteri Paskah: sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Dari misteri itulah semua sakramen dan sakramentali menerima kekuatannya. Dan bila manusia menggunakan benda-benda dengan pantas, boleh dikatakan tidak ada satupun yang tidak dapat dimanfaatkan untuk menguduskan manusia dan memuliakan Allah. Meskipun sakramentali tidak mempunyai kedalaman dan hasil yang sama seperti sakramen, toh sakramentali merupakan sarana pengudusan manusia. Seperti sakramen, sakramentali mendapat kekuatan dari misteri Paskah . Hanya dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa konsili tidak menyatakan bahwa “buah-hasil” dikerjakan oleh sakramentali melainkan diberi oleh Allah karena doa gereja. Karenanya, dalam sakramentologi tradisional dikatakan bahwa sakramentali itu berkarya ex opere operato ecclesiae (karena karya gereja), sedangkan sakramen berkarya ex opere operato Christi (karena karya Kristus) .

Perbedaan Sakramentali dan Sakramen: Perbedaan pokok terdapat dalam sifatresminya dalam pengertian ekleisologis. Artinya 7 sakramen itu bersifat resmi karena mengungkapkan hakekat Gereja (SC 2). Dlam 7 sakramen, Gereja secara resmi “unjuk diri”, tampil, memperlihatkan siapa dirinya dan apa tugas perutusannya. Saya memahami bahwa Gereja di sini adalah yang punya pemimpin (kaum tertahbis – resmi) dan punya anggota-anggota (kaum terbaptis). Ma pemimpin perayaan sakramen biasanya pejabat resmi Gereja (kaum tertahbis). Lain halnya dengan sakramentali. Ia bukan liturgy resmi, dalam perayaannya, Gereja tidak menyatakan dirinya secara resmi. Maka pemimpinnya tidak selalu harus kaum tertahbis, terkecuali sakramentali tertentu yang malah ahrus uskup seperti pentahbisan abas.

4. Pelayan:

Seturut peraturan KHK 1167-1172, sakramentali biasanya dilaksanakan oleh klerus tetapi dalam beberapa hal dapat dilaksanakan juga oleh awam. KL 79 menulis demikian: …. Hendaknya diusahakan agar beberapa sakramentali dapat dilayani oleh para awam yang pantas untuk tugas itu, sekurang-kurangnya dalam keadaan-keadaan istimewa dan sesuai dengan kebijakan uskup . Dalam hal ini rupanya awam dapat berperanan dalam melaksanakan pemberkatan-pemberkatan tertentu seperti ditandaskan dalam Ibadat Berkat demikian: ”Akolit dan lektor, yang mempunyai tugas khusus di dalam gereja atas dasar suatu pengangkatan, mempunyai wewenang untukk memberikan beberapa pemberkatan melebihi awam lainnya, menurut ketentuan waligereja setempat”. ”Awam pemimpin Ibadat yang diangkat oleh pemimpin gereja setempat (uskup, pastor) untuk lingkup paroki/stasi, dapat memimpin upacara-upacara pemberkatan sesuai dengan wewenang yang diberikan kepada mereka”. ”Kaum awam lainnya, pria maupun wanita, atas dasar imamat umum, yang diberikan kepada mereka dalam pembaptisan dan krisma, dapat melakukan beberapa pemberkatan, dengan upacara dan rumusan khusus untuk mereka (misalnya orang tua terhadap anak-anaknya), entah sebagai pelayan luar biasa, entah karena menunaikan tugas khusus lain di dalam gereja; seperti misalnya para biarawan/wati atau katekis di beberapa wilayah, menurut ketentuan waligereja setempat, karena diketahui mereka mempunyai pendidikan pastorl dan kebijaksanaan dalam melakukan tugas kerasulan; semua ini ditunjukkan dalam setiap tatacara pemberkatan yang bersangkutan. Tetapi apabila imam atau diakon hadir, biarlah mereka yang memimpin upacara” . Dalam keadaan tertentu, awam juga dapat melayani pemberian abu sebagai tanda pertobatan pada hari Rabu Abu kalau imam atau diakon tidak hadir . Pada waktu pemberkatan itu, pelayan-pelayan non tertahbis sepatutnya berbuat demikian:

v  Ia tidak boleh merentangkan tangan waktu membawakan doa resmi gereja, sesuai dengan petunjuk dalam tatacara mereka harus mengucapkan doa pembukaan, doa pemberkatan dan lain-lain itu dengan tangan terkatup.

v  Waktu “memberkati” orang atau barang, ia tidak boleh menggunakan simbolik pemberkatan seperti yang dipakai oleh klerus/imam (+).

v  Ia hanya boleh memberkati orang/barang dalam himpunan jemaat/keluarga. Dengan kata lain, ia hanya boleh membawakan doa pemberkatan dalam Ibadat Berkat, yang biasanya berbentuk perayaan (biarpun sederhana dan singkat).

Pelayan tak tertahbis boleh:

v  membuat tanda salib dengan ibujari pada dahi orang (tidak boleh pada barang) yang dimohonkan berkat Allah; maknanya: meneguhkan iman akan Allah Tritunggal serta Yesus Kristus yang wafat dan bangkit.

v  mengulurkan tangan di atas atau ke arah orang/barang yang dimohonkan berkat; maknanya: melambangkan turunnya berkat restu dari Allah.

v  mereciki barang/orang dengan air suci; dilakukan sesudah doa pemberkatan dan tanpa disertai rumus doa atau seruan lain; maknanya sebagi peringatan akan pembaptisan yang menguduskan manusia dan dunianya serta segala keperluannya untuk hidup kristen yang baik.

v  mendupai gedung/barang/tempat (bukan orang); dilakukan sesudah doa pemberkatan dan tanpa rumus doa atau seruan lain; maknanya sebagai lambang doa jemaat yang membubung ke hadirat Allah .

5. Jenis:

Dulu pernah dipikirkan bahwa semua yang tidak termasuk dalam 7 sakramen, biasa dihitung sebagai sakramentali. Namun dalam perkembangan sejarah liturgy, semakin diperjelas pula mana yang termasuk dalam sakramentali dan mana yang tidak. Dicontohkan yang kini, bukan lagi sakramentali: Ibadat Harian, pesta-pesta pada Tahun Liturgi, doa Bapa Kami, relikwi, aflat (dari bahasa Belanda, Ablassen = menurunkan harga) indulgensi yang berarti penghapusan di hadapan Allah hukuman-hukuman sementara untuk dosa-dosa yang kesalahannya sudah dilebur, yang diperoleh oleh orang beriman kristiani yang berdisposisi baik serta memenuhi syarat-syarat tertentu, diperoleh dengan pertolongan Gereja sebagai pelayan keselamatan, secara berkuasa membebaskan dan menerapkan harta pemulihan Kristus dan para kudus (KHK kan 992), amal sedekah.

Pada umumnya, sulit dibeda-bedakan jenis-jenis sakramentali; sering dibedakan, tetapi tidak jelas dan tungpang tindih. Maka pembagiannya tidaklah sederhana dan tidak mudah (E. Martasudjita, hal 36-37). Secara historis, konsep sakramentali yang dipahami sebagai benda atau tindakan yang menyerupai sakramen, belum lagi dimapankan sebelum abad ke 13; Di konsili Lion II (1274), ditetapkan tujuh sakramen khusus yang dilihat / dipertimbangkan sebagai yang dilembagakan oleh Kristus dan yang menghasilkan hasil-hasil yang ditandakannya. Sejak abad pertengahan, sakramentali itu dilukiskan sebagai tanda-tanda yang menunjuk kepada suatu realitas lebih dari kepada akibat yang ditimbulkan oleh realitas itu . Bagaimanapun harus kita akui bahwa ada kesulitan besar dalam memisahkan sakramentali dan sakramen. Yang jelas hanyalah bahwa sakramentali itu ditentukan oleh gereja sedangkan sakramen dilembagakan Kristus. .
Jelas diketahui bahwa ada banyak sakramentali. KL menyatakan daftarnya demikian: KL 79 menyebutkan pemberkatan-pemberkatan, KL 80 pengudusan perawan dan profesi religius, KL 81 upacara pemakaman dan KL 82 pemakaman anak. Sesudah konsili Vatikan II, dikeluarkan berbagai buku upacara seperti pemberkatan abas/pentahbisan seorang abas, pengudusan perawan, hidup membiara, pelantikan lektor dan akolit, dedikasi gereja dan altar dan upacara pemakaman serta pemberkatan minyak. Buku pemberkatan yang dikeluarkan pada tahun 1984, berisi pemberkatan-pemberkatan seperti orang, hewan, benda seperti kebun, bangunan dan alat-alat kerja, kendaraan dan benda-benda devosional: rosario, patung, salib dan lalin-lain . Sakramentali merupakan ekstensi dan radiasi dari sakramen-sakramen serta mempunyai penyebab yang sama (sumber yang sama) yakni misteri penderitaan, wafat dan kebangkitan Kristus. Mereka melanjutkan karya sakramen atau mempersiapkan orang untuk menerima sakramen-sakramen itu. Ada sakramentali yang erat hubungannya dengan sakramen-sakramen tertentu. Seperti pemberkatan air (sakramentali) mendahului pembaptisan, “asperges me” / perecikan dengan air berkat mengawali perayaan Ekaristi; Penguatan: pemberkatan sekolah, perpustakaan; Ekaristi: pemberkatan / pentakhtaan sakramen; Tahbisan: pengudusan / pemberkatan perawan; Pernikahan: pemberkatan bilik pengantin; Tobat: pengusiran setan, pemberkatan santu Bapa; Pengurapan orang sakit: pemberkatan orang sakit, dll. Jelas bahwa sakramen-sakramen tidak dapat merangkum secara eksplisit setiap nuansa hidup Kristiani dan pengalaman kristiani, maka gereja memakai bermacam-macam sakramentali untuk membantu mengungkapkan dimensi-dimensi khusus kehidupan itu. Dapat diberikan contoh ini. Karena sakramen orang sakit itu lebih merupakan proses mendamaikan orang sakit dengan mortalitas manusiawi, maka doa dan refleksi di hadapan salib yang merupakan suatu sakramentali dapat relevan bagi proses itu dan sungguh merupakan bantuan yang berdaya guna untuk memperoleh rekonsiliasi. Akhir-akhir ini gereja terlalu menggantungkan hidup pada sakramen-sakramen dan perayaan-perayaannya untuk merayakan pertemuannya dengan Kristus; Hal ini dapat mengorbankan kehangatan dan kekayaan hidup kristiani setiap hari. Karena itu perlu ada suatu usaha yang lebih umum dan lebih besar pada penggunaan sakramentali yang mungkin dapat mengarah kepada pengintegrasian sakramen demi pertumbuhan kristianitas secara lebih menyeluruh. Karen sakramentali memang didasarkan pada dan berhubungan dengan sakramen-sakramen gereja. Sakramentali mempersiapkan orang untuk perayaan sakramen. Tapi sakramentali mengalir dari perayaan sakramen itu. Karena itu harus diakui bahwa keduanya saling memperkaya. Lalu sebagai tanda, kini kita lebih melihat bahwa sakramentali dapat mempunyai referensi lebih luas; sakramentali dapat berhubungan dengan suatu benda atau doa atau tindakan yang dapat membuat kita disentuh oleh rahmat Allah dalam Kristus. Menggarisbawahi arti sakramentali ini perlulah ditegaskan bahwa Kristus, sakramen pertemuan yang utama dengan Allah, telah memperbaharui dan menebus semua ciptaan dengan InkarnasiNya. Dalam arti ini, maka gereja telah menentukan bahwa hanya ada beberapa tindakan sebagai sakramen, sedangkan lainnya adalah sakramentali. Hal ini sesuai dengan ketentuan KL 61 demikian: “…. Boleh dikatakan bahwa tidak ada satupun yang tidak dapat dimanfaatkan untuk menguduskan manusia dan memuliakan Allah” (KL 61).

 

 

 

 

 

Sumber :

 

E. Martasudjita, Seputar Ibadat Sakramentali, hal 49-50

Kitab Hukum Kanonik

Dokumen Konsili Vatikan II

http://The Young Saints Club; www.geocities.com/Athens/1619

http://programkatekese.blogspot.com/2011/07/sakramentali.html

katekesekatolik.blogspot.com/2013/02/sakramentali.html

http://romopatris.blogspot.com/2011/04/pandangan-umum-tentang-sakramentali.html

Standar

SARASEHAN IMAN KATOLIK

THEMA           : Sampai Kita Semua Telah Mencapai Kesatuan Iman Dan Pengetahuan Yang Benar Tentang Anak Allah, Kedewasaan Penuh, Dan Tingkat Pertumbuhan Yang Sesuai Dengan Kepenuhan Kristus.

SUB TEMA     : Satu Hati, Satu Komunitas, Satu Pelayanan Menuju Pemantapan Kedewasaan Paroki Katedral Santa Maria Palangka Raya.

Peserta              : Orang Tua

SARASEHAN IMAN KATOLIK

Tema                        : “MEMPERTANGGUNG-JAWABKAN IMAN KATOLIK”

Waktu pelaksanaan  : Tanggal 03 s/d 05 Mei 2013

Nara sumber             : Romo Ignasius Budiono, O. Carm

 

Uraian kegiatan :

  1. Menyanyikan lagu ‘Kekasih Jiwaku’ oleh STIPAS
  2. Doa pembuka oleh Sr. Fermina
  3. Sambutan dari Panitia 50 tahun Paroki Katedral St. Maria Palangkaraya
  4. Sambutan dari moderator Bapak Wilhelmus. Y . Ndoa
  5. Pemaparan materi

 

  • Sesi 1 : Pemaparan Materi yang di bawakan oleh :

Narasumber           : P. Ignasius Budiono, O. Carm

Moderator             : Bpk. Fidelis Harefa

  1. SEBAGAI SERANGAN DAN GODAAN

“Mempertanggungjawabkan IMAN KATOLIK”

 

Iman dan Perbuatan

Mengapa kita mempertahankan Iman Katolik?

Orang muda terkadang mengatakan “Jesus Yes, Church No”.[1] Pohon itu sekali di tanam pasti dia tumbuh disitu tidak di tempat lain, begitupun dengan iman kita sekali kita berada di Katolik sampai selamannya kita menghidupkan iman Katolik kita. Nasehat St. Paulus “Janganlah kamu membalas kejahatan dengan kejahatan” Mempertanggungjawabkan iman, yang perlu disini ialah pengharapan Kepada Yesus Kristus. ‘Tuhan itu tidak terlalu sukses’ (kata seorang penulis Italia).

 

  1. Martin Luther

Ia yang menempelkan 95 tesis. Hanya iman, hanya KS , hanya Kristus, hanya, hanya rahmat.

  • Diselamatkan oleh iman saja atau rahmat ( Sola Fide & Sola Gratia )? Ataukah oleh perbuatan juga? Jadi orang Katolik menganut paham yang diselamatkan oleh perbuatan.

Apakaan orang yang ke Gereja dan berdoa itu karena itu tidak ingin masuk neraka? TIDAK, karena iman tanpa perbuatan itu pada hakekatnya mati.

Simonia adalah menjual hal-hal demi mendapatkan keselamatan, misalnya indulgensi ( surat penghapusan dosa).

Rom 3:28 “dibenarkan karena iman”

Gal 2:16 “hanya karena iman”

Ef 2:8-9 “diselamatkan oleh iman”

  • Pentingnya Iman, orang itu diselamatan bukan Karena ia setia kepada istrinya,keluarganya, banyaknya sumbangan yang ia sumbangkan, namun karena iman akan Yesus Kristus sebagai sang penyelamat, dan bukan diselamatkan oleh diri sendiri. Menurut St. Yakobus “pentingnya perbuatan sebagai perwujutan dari iman”.
  • Pentingnya perbuatan. Rahmat dari sebuah tugas.tindakan adalah rasa terima kasih, berterimakasih atas rahmat Tuhan, karena Kita sudah diselamatkan oleh Yesus Kristus oleh karena itu rahmat keselamatan itu adalah tugas bagi kita untuk menunjukkan iman kita akan Yesus Kristus itu sendiri. “God Wants YOU TO BE save.”
  • Hanya KS , hanya mnyelidiki KS belum ukup, tetapi semua yang dicata di dalam KS.

 

  1. Tradisi dan KS
  • Paham Martin Luther hanya seputar kitab suci saja, di Protestan hanya mengakui 39 kitab yakni dari kitab Kejadian s/d Maleaki. Sedangkan katolik mengakui ada 45/46 kitab di tambah kitab Deoterokanonika, Gereja Protestan hanya mengakui tradisi kanon Pendek. Apakah orang Katolik menambah KS (PL)? Namun orang Katolik sudah lama mmakai Kanon Panjang yakni Deoterokanonika dan mengakui Septuaginta ( artinya 70).
  • Apakah setiap boleh menafsirkan KS? Boleh, karena itu memang kewajiban bagi orang Katolik. Sejak KV II orang boleh membaca KS. Namun harus saling terbuka satu sama lain tidak boleh mengungkapkan bahwa akulah yang paling benar dan kamulah yang salah. KS (PL) itu adalah buku yang sukar di mengerti oleh karena itu harus di tuntun oleh kuasa Roh Kudus.
  • Untuk menafsirkan KS juga harus di tuntun oleh Magisterium.

 

  • Kitab Suci tumbuh bersama orang yang membacanya.[2] Kitab Suci adalah segala yang pernah dibacakan berkali-kali dan direnungkan.

 

  • Dua bentuk pemwahyuan, Apostolik yakni pengajaran yang diwarisi dari para Rasul. Masih banyak yang diuat oleh Yesus, namun juka semuanya itu di catat maka tidak cukup dunia ini. Oleh karena itu gereja Katolik percaya adanya Tradisi

Kesimpulan

Gereja sejak awal adalah jemaat yang menjadi saksi dan tindakan dan perkataan Yesus. Karena apa yang mereka dengar dan saksikan adalah berita gembira, maka mereka meneruskannya secara lisan dan kemudian ada yang dituliskan.

  1. Paus

Gereja Katolik disatukan oleh penggembalaan Sri Paus, Uskup Roma.

  1. Petrus

Petrus adalah Paus pertama setelah Kristus, ia juga mengatakan “kepada siapa akau akan pergi.” Petrus yang merupakan Paus pertama. Dan Gereja saat ini mewarisi semangat Para Rasul ( Apostolik ). Harus ada menjadi penerus setelah Petrus menjadi Paus pertama, san selalu di wariskan kepada generasi beikutnya.

Fungsi Petrus :

  1. Sebagai dasar singular dan mengajar secara setia untuk menjamin keasliannya.
  2. Sifat gereja yang ‘Satu’, maka membutuhkan Petrus untuk menyatukan.
  3. Persekutuan umat Allah. Problemnya adalah banyak gereja protestan yang terpecahbelah.

Kesimpulan

Tugas penggembalaan para Paus yang tak terputus dari St. Petrus sampai Paus Fransiskus memberi kesaksian bahwa apa yang kita hidupi bukanlah iman kita sendiri, melainkan iman yang kita warisi dari Para Rasul. Percaya pada tradisi ini dapat menyelamatkan kita dari budak sebagai anak-anak hanya jaman kita. Gereja membuat kita berakar lebih dalam, lebih jauh dari banyak jaman, banyak sejarah, dengan segala pengalaman yang di ajarkannya. Kebijaksanaan ini membuat kita sadar akan “ada bersama-sama yang lain” dan disatukan dengan yang lain.

  1. Sakramen

Sakramen-sakramen adalah berkah bagi Gereja setiap oarng. Tuhan mau mencintai manusia dengan cara yang nyata, mau menemani manusia terutama dalam saat-saat penting hidupnya, dengan kehadiran dan berkatnya. Tugas setiap orang kemudian menghayati sakramen-sakramen ini sebagai peristiwa yang mendalam dan penting dalam hidupnya. Cinta itu harus disertai dengan tanda yakni Sakramentum. Sakramen yang pertama yakni Yesus Kristus.. 7 adalah angka kepenuhan. Sakramen itu adalah tnda cinta.

  1. Maria, penghormatan kepada Orang Kudus
  2. Apa apa dengan Maria?

Devos kepada Mariai. Karena yang paling mendekatkan yakni melalui perantara, misalnya yang paling dekat itu adalah seorang ibu. Karena kita berdoa membutuhkan perantara.

  1. Mengapa menghormati orang kudus
  2. Apakah benar orang katolik menyembah patung?

Kesimpulan

Kita tidak hidup sendirian, dalam tradisi iman kita, kita ditemani oleh bunda Maria dan ribuan orang kudus yang menemani kita dengan doa-doa dan perlindungan mereka. Tetapi juga dengan teladan mereka, yang membantu dan menyemangati kita untuk memiliki arah hidup yang benar dan mendalam.

  1. Anak Allah Harus Sukses

Injil yang mereka wartakan itu siapa? Yesus yang mereka wartakan itu Yesusnya siapa?

Sekarang itu manusia yang sukses tetapi belum sukses menjadikan manusia.

  1. Break ( makan Malam )
  2. Sesi Tanya jawab

Sesi 1

  1. Yosefamaria :
  2. orang yang membawa Sakramen harus sakral dan tidak bernoda, bagaimana bila kita mengantar sakramen itu kepada orang yang kurang aktif?
  3. Tanggapannya tentang aborsi?
  4. Pa Fiktor:
  5. apa yg dilakukan Yesus pada saat turun ke tempat penantian?
  6. Mempertanggungjawabkan iman katolik melalui 10 firman Allah?
  7. Bapak Endro
  8. Wahyu itu tidak boleh dikurangi dan di tambah, doa bapa kami adalah wahyu, sementara ada perbedaan antara protestan dan katolik menyangkut doa bapa kami.
  9. Di dalam hukum taurat, binatang yang terbelah, gigi ganti gig dan mata ganti mata, yang keluar dari mulut kita itu yang haram bukan yang masuk kedalam mulut kita.

Jawaban :

  1.  
  2. Semua pelayan sakramen harus pantas, setiap pelayan harus mempersiapkan diri dengan pantas, baik penampilan dan hati. Yang melengkapi sakramen ini adalah gereja
  3. Tentang aborsi, sesungguhnya tidak ada dosa yang tidak bisa di ampuni, dosa melawan Roh Kudus, menghujat roh kudus adalah orang yang tidak mau bertobat syarat pengampunan itu adala orang yang mengampuni itu harus menyesali dengan sungguh, maka ia akan di ampuni dan ia harus melakukan perbuatan yang baik. Bagaimana orang bisa diampuni bila ia tidak menyesal dan bertobat.
  4. Ada kepercayaan mengenai api pencucian karena api itu melambangkan pembersihan. Dalam api pencucian hati kita di sucikan dan di murnikan, bahwa Yesus sudah menang atas maut. Pedagogi adalah pendidikan yang terus menerus yang tidak akan pernah selesai.

Mengapa gigi ganti gigi mksdnya adalah keadilan itu harus ditegakkan.

  1. Perbedaan doa bapa kami mengapa? Jemaat Kristen perdana membaca 2 teks, didake adalah kumpulan praktek2 gereja perdana, mengenai baptis, doa bapa kami. Doa itu kurang berarti karena kita terlalu sering berdoa bapa kami, sesungguhnya kita itu berdoa dengan sungguh, karena itu suara tuhan, dan harus dengan hati yang terbuka untuk Tuhan.

Sesi II

  1. Ibu Kosmas
  2. Alasan orang katolik mempertahankan kitab Deoterokanonika?
  3. Apakah orang awam memberikan sakramen tobat, selain kaum tertahbis?
  4. Orang katolik itu pengikut Paulus dan bukan pengukut Kristus?
  5. Sejarahnya mengapa patung para paus itu ada di basilika St. Paulus dan bukan di basilika St. Petrus
  6. Bapa : bagai mana pendapat pastor kepada kami yang tidak berani berdoa seperti dulu, ex. Terjadilah menurut kehendakmu, namun sekarang terjadilah kehendakmu, tapi jangan memeberi cobaan ,melebihi dari ini.
  7. Andreas : iman adalah hal yang paling pokok, pertanyaan dari non kristen tentang Tritunggal? Bagai mana kita menyadari bila itu misteri iman.

Jawban

  1. D
  2. Buku deoterokanonika itu adalah buku suci.
  3. Semua Sakramen itu adalah dimensi pengampunan.

Sakramen tobat itu ada dimensi pengakun yakni rahasia pengakuan oleh karena imam yang sudah ditahbis tidak boleh membocorkan rahasia pengampunan/tobat.

  1. Apa yang ditulis paulus adalah apa yang diajarkan Paulus dengan bahasa lain,karena ia tidak mempunyai fikiran kalau tidak ada Yesus. Apa yang di tulis Paulus adalah kata2 Yesus.
  2. Roma memberikan spritualias yang memersatukan seluruh umat katolik.
  3. Dlm doa syukur agung “Tuhan letakkanlah kata2 yang tepat di dalam ullut kami ketika kami bertemu dengan saudara2 kami.” Hal inilah yang dilakukan ketika orang sakit. Seperti bunda Theresa yag melayani orang2 miskin, ia menanyakan “Yesus Engkau di Mana”, Tuhan itu kadang2 jauh namun sesungguhnya dekat. ( untuk bisa naik kelas anaak itu harus melewati ujian yang sulit).
  4. Allah Tritunggl, misteri adalah rahasia yagn sangat besar, namun di buka sdikit demi sedikit. Kita percaya bahwa Allah itu adalah cinta. Maka dibayangkan sebagai Tritunggal. Tidak adala yang lebih penting relasi di dalam budaya israel “tidak ada yang lebih baik dari relasi anak dan Bapa”, roh Kudus dan Roh Cinta. Kita harus mencintai Allah agar kita memahami Cinta Allah itu.

Sesi III

  1. Erti
  2. Bolehkah membawa hosti itu membawa hosti di dalam saku untuk memberikannya kepada orang di ruman?
  3. Membawa abu pada saat rabu abu kpd org di rumah?
  4. Ibu
  5. Predistinasi apa?
  6. Apakah pengajaran ini Teologi apologetika?
  7. Pa Anton
  8. Iman hierarki dan iman awam?
  9. Katilik seperti itu macam apa?
  10. Sblm KV II, styp sabtu sore dan minggu pagi pastor memberika pengakuan dosa maka terasa tenang, mengapa sekarang haya 2x setahun?
  11. Ibu Fera
  12. Imanlah yang menyelamatkan kita, tetapi dalm Yoh 17:12 “slma aku memlihara mereka………..” bagaimana Gereja Katolik menafsirkan ayat ini sesuai ajaran magisterium?

Jawaban :

  1. .
  2. Harus melihat konteks yang berbeda karena pada jaman dulu utnuk menjadi orang kristen sangat sulit, namun bila sekarang membawa dampak yang besar. Harus melihat orang yang tepat dan pantas.
  3. Doa untk 7,40 dan 1000 hari. Bagi mereka orag mati itu untuk siapa, orang mati itu juga butuh doa2 kita yang masih hidup.
  4. Apakah ini pengajaran Apologetik, dalam artian “YA” . sekarang bukan lagi apologetik, namun teoligi Fundamental yakni sebagai dasar2 hidup kristen, sebagai dasar iman.
  5. Tidak iman hierarki dan iman awan, IMAN kita 1 dan tidak ada iman demikian. Yang beda itu adalah penghayatan iman itu sendiri.

Mengapa berpakaian di dalam gereja, mengapa memakaai kaos dan sendal, dsb. Yang penting adalah membuat orang yang dewasa, mengerti akan konteks2 yang tepat dalam berpenampilan. Kepantasan itu harus disepakati oleh seluruh jemaat. Menurut Gusdur, orang islam itu, mengapa di dalm mesjud tidak ada piano dll, karena sendal saja tidak ada apa lagi piano. Yang terpenting adalah mendidik kaum muda berpakaian yag pantas.

Skrupel : mengakui dosa hanya sebagai formalitas.

  1. Tanggapan mengenai Yoh 17:12 :

Salib utnuk penafsiran, ada banyak hal yang harus dimengerti

 

[1] Bahan you tube

[2] St. Gregorius Agung

Standar

Doa-doa pokok Gereja Katolik

PERISTIWA-PERISTIWA ROSARIO

 

V  Peristiwa-peristiwa Gembira (Senin&Sabtu)

  1. Maria menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel (Luk 1:35-38)
  2. Maria mengunjungi Elisabet, saudaranya (Luk 1:40-42)
  3. Yesus dilahirkan dikandang Betlehem (Luk 2:10-12)
  4. Yesus dipersembahkan dalam bait Allah (Luk 2:22-34)
  5. Yesus diketemukan dalam bait Allah (Luk 2:46-48)

V  Peristiwa-peristiwa Terang (Kamis)

  1. Yesus dibaptis di sungai Yordan (Mat 3:16-17)
  2. Yesus menyatakan diri-Nya dalam pesta perkawinan di Kana (Yoh 2:11)
  3. Yesus memberitakan kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan (Mat 4:17,23)
  4. Yesus menampakkan kemuliaanNya (Mat 17:2,5)
  5. Yesus menetapkan Ekaristi (Mrk 14:22-24)

V  Peristiwa-peristiwa Sedih (Selasa&Jumat)

  1. Yesus berdoa kepada BapakNya dalam sakrat maut (Luk 22:39-42)
  2. Yesus didera (Luk 27:24-26)
  3. Yesus dimahkotai duri (Mat 27:29-30)
  4. Yesus memanggul salibNya ke gunung Kalvari (Yoh 19:17-18)
  5. Yesus wafat di salib (Luk 23:44-46)

V  Peristiwa-peristiwa Mulia (Rabu&Minggu)

  1. Yesus bangkit dari antara orang mati (Luk 24:1-5)
  2. Yesus naik ke surga (Luk 24:50-52)
  3. Roh Kudus turun atas para Rasul (Kis 2:1-4)
  4. Maria diangkat ke surga (Why 12:1)
  5. Maria dimahkotai di surga (Luk 1:46-47)

 

 

DOA-DOA ORANG KATOLIK

 V TANDA SALIB

Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus

 

V BAPA KAMI

Bapa Kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu diatas bumi seperti didalam surga.

Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.

Dan janganlah masukan kami kedalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Amin.

 

V SALAM MARIA

Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu, terpujilah Engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus.

Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin.

 

V KEMULIAAN

Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus, seperti pada permulaan, sekarang, selalu dan sepanjang abad. Amin

 

V TERPUJILAH

Terpujilah Nama Yesus, Maria dan Yosef.

Selama-lamanya. Amin.

 

V SYAHADAT PARA RASUL

Aku percaya akan Allah, Bapa Yang Maha Kuasa, pencipta langit dan bumi, dan akan Yesus Kristus, Putera-Nya yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh perawan Maria, yang menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus disalibkanm wafat dan dimakamkan; yang turun ketempat penantian pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati; yang naik ke surga, duduk disebelah kanan Allah Bapa yang mahakuasa; dari situ Ia akan datang, mengadili orang yang hidup dan mati. Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan, kehidupan kekal. Amin.

 

V SEPULUH PERINTAH ALLAH

Akulah Tuhan, Allahmu,

  1. Jangan menyembah berhala, berbaktilah kepada-Ku saja, dan cintailah Aku lebih dari segala sesuatu.
  2. Jangan menyebut Nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat.
  3. Kuduskanlah hari Tuhan.
  4. Hormatilah ibu-bapamu.
  5. Jangan membunuh.
  6. Jangan berzinah.
  7. Jangan mencuri.
  8. Jangan bersaksi dusta terhadap sesamamu manusia.
  9. Jangan mengingini istri sesamamu manusia.
  10. Jangan mengingini milik sesamamu manusia secara tidak adil.

 

LIMA PERINTAH GEREJA

  1. Rayakanlah hari raya yang disamakan dengan hari Minggu.
  2. Ikutilah Perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan hari raya yang diwajibkan, dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu.
  3. Berpuasalah dan berpantanglah pada hari yang ditentukan.
  4. Mengaku dosalah sekurang-kuranngnya sekali setahun.
  5. Sambutlah Tubuh Tuhan pada masa Paskah.

 

TUJUH SAKRAMEN GEREJA KATOLIK

  1. Sakramen Pembatisan
  2. Sakramen Penguatan ( Krisma )
  3. Sakramen Ekaristi ( Komuni )
  4. Sakramen Pengakuan ( Rekonsiliasi )
  5. Sakramen Pengurapan Orang Sakit
  6. Sakramen Perkawinan
  7. Sakramen Imamat ( Tahbisan Suci )

 

KEUTAMAAN ILAHI

  1. Iman
  2. Harap
  3. Kasih

 

KEUTAMAAN POKOK

  1. Kebijaksanaan
  2. Keadilan
  3. Penguasan diri
  4. Keberanian

 

 

TUJUH KARUNIA ROH KUDUS

  1. Roh Hikmat/ kebijaksanaan
  2. Roh Pengertian
  3. Roh Nasehat
  4. Roh Kekuatan
  5. Roh Pengenalan akan Allah
  6. Roh Kesalehan
  7. Roh takut akan Allah

 

BUAH-BUAH ROH KUDUS

  1. Belas kasih
  2. Kegembiraan
  3. Kedamaian
  4. Kesabaran
  5. Kemurahan
  6. Kebaikan
  7. Kesetiaan
  8. Kelemah lembutan
  9. Penguasaan diri
  10. Kerendahan hati
  11. Kesederhanaan
  12. Kemurnian

 

DOA TOBAT

Allah yang maharahin, aku menyesal atas dosa-dosaku, sebab patut aku Engkau hukum, terutama sebab aku telah menghina Engkau yang mahamurah dan mahabaik bagiku. Aku benci akan segala dosaku, dan berjanji dengan pertolongan rahmat-Mu hendak memperbaiki hidupku dan tidak akan berbuat dosa lagi. Allah, ampunilah aku, orang berdosa.

 

DOA SEBELUM MAKAN

Ya Bapa, kami sekeluarga berkumpul di sini untuk menikmati hidangan yang telah tersedia. Berkatilah kami dan karunia-Mu ini agar berguna bagi kami untuk senantiasa berbakti kepada-Mu. Berkatilah mereka yang menyiapkan makanan ini, dan bantulah saudara-saudari kami yang kekurangan. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin.

 

DOA SESUDAH MAKAN

Bapa Yang Maha Pengasih, kami mengucap syukur atas makanan ini, dan atas cinta kasih mereka yang sudah menghidangkannya. Berkatilah mereka dan semua orang yang menaruh perhatian, juga kepada orang-orang yang yang berkekurangan semoga selalu sabar dan tabah. Demi Kristus Tuhan Kami. Amin.

 

TUJUH DOSA POKOK

  1. Kesombongan
  2. Ketamakan
  3. Kedengkian
  4. Kemurkaan
  5. Percabulan
  6. Kerakusan
  7. Kelambanan/kejemuan

 

Sumber :

Madah Bakti edisi 2000, 2010, PML, Yogyakarta.

Bagiyowinadi, Didik. 2005, Siap Menyambut KOMUNI, Dioma, Malang.

Standar

ABORSI

Aborsi adalah peniadaan buah kandungan yang masih hidup dalam rahim seorang ibu melalui campur tangan manusias sebelum lahir dngan cara membunuhnya. Peniadaan dalam konteks ini di lukiskan sebagai pembunuhan,pematian, atau pemutusan hidup manusiawi sebelum waktu lahirnya, sebab buah kandungan itu adalah mahluk hidup. Yang menjadi korban adalah mahluk hidup yang tak berdosa dan tidak dapat membela diri.

Aborsi menjadi sebuah sebuah masalah yang pertanyakan dalam hati nurani manusia. Duduk masalah aborsi perlu digali secara menyeluruh sebelum muncul penilaian etis atau praktek aborsi.

Secara sosiologis, umumnya aborsi muncul karena adanya ketidaksiapan seseorang untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang setelah bersenggama baik didalam maupun diluar pernikahan. Buah kandungan tidak diinginkan. Mereka takut mengalami aib social dan penolakan dari keluarga. Status anak yang akan dilahirkan tidak jelas karena perempuan yang mengandungnya belum berkeluarga. Mereka takut kalau anak yang akan dilahirkan itu dicap sebagai anak haram,walaupun didunia barat sudah dikenal peran social sebagai single parent.

Terkadang muncul alasan ekonomi untuk melakukan aborsi. Keluarga tidak sanggup atau tidak mampu menghidupi anak yang mereka lahirkan itu. Namun alas an ini tidak hakiki, sebab setiap manusia telah diberi kemampuah oleh sang pencipta untuk hidup dan bekerja, sehingga sanggup mempertahankan hidup. Hingga kini manusia masih mempermasalahkan hak atas hidup dan mati. Kapan hidup dimulai? Sebenarnya hidup ini milik siapa? Pertanyaan inilah yang sering muncul dan menimbulkan perdebatan tentang aborsi.

Masalah pisikologis yang dialami seseorang setelah melakukan aborsi walaupun gejala itu belum digali secara mendalam. Gejalanya, mereka akan muncul rasa takut, bersalah, menyesal, malu , harga diri rendah, insomnia dan mimpi yang menakutkan.

Jenis-jenis aborsi

  1. Aborsi spontan/ keguguran yang tidak sengaja

Keguguran ini tidak karena sengaja melainkan karena kelalaian atau kecerobohan selama ibu mengandung seorang anak. Keguguran bisa terjadi karena penyakit, lika, gangguan hormonal selama mengandung, atau kecelakaan lalu lintas. Oleh karena itu ltar belakang aborsi perlu diteliti secara komperehensuf.

  1. Aborsi terencana/ pengguran

Ini termasuk pembunuhan langsung atas manusia yang tak bersalah. Penguguran buah kandungan oleh manusia dengan sengaja dapat dibedakan menjadi 2 , yaitu aborsi langsung dan tak langsung :

  1. Aborsi langsung adalah pembunuhan secara langsung didalam rahim ibu.
  2. Aborsi tak langsung adalah penguguran yang terjadi antara laun karena efek samping dari pengobatan seorang ibu

Tinjauan moral tentang aborsi

Setiap manusia termasuk mereka yang masih dialam rahim memiliki hak dasar untuk hidup yang langsung dari Tuhan dan bukan dari orang tua.

 

Daftar pustaka

Chang , William, BOIETIKA Sebuah Pengantar, 2009, Kanisius,Yogyakarta

KUSMARYANTO, Tolak Aborsi, 2005, Kanisius, Yogyakarta

Standar